KAMMI Tangsel: SBY Gagal Mengayomi Rakyatnya

IndonesiaBicara-Tangsel, (01/01/12). Tahun 2011 adalah tahun kegagalan SBY dalam mengayomi rakyatnya. Kekerasan begitu nyata di negeri ini. Tragedi Freeport, Mesuji, Bima, dan Sampang Madura adalah beberapa potret bukti kegagalan pemerintahan SBY dalam mengayomi dan melindungi rakyatnya dari tindak kekerasan.

Korban jiwa pun berjatuhan. UU mengamanatkan pemerintah sebagai garda terdepan dalam menjaga ketertiban dan keamanan warganya, namun saat ini kepolisian justru digunakan sebagai instrumen penguasa untuk menindas rakyat dalam kasus persengketaan tanah, penambangan, dan lainnya.

Inilah beberapa tragedi kemanusiaan di tahun 2011. Pemerintah yang tidak lagi melindungi warga negaranya, tidak lagi menjamin hak-haknya, dan tidak lagi berpihak kepada rakyat pada saat konflik terjadi dengan pemilik modal. Kondisi yang menggambarkan lemah dan kalahnya kapasitas suatu institusi bernama negara, yang pada akhirnya rakyat-lah yang selalu dikorbankan demi kepentingan pemodal dan penguasa.

Peraturan yang kerap dijadikan alasan dalam menangani aksi massa, perlu di tinjau ulang, karena berpotensi mengandung pelanggaran HAM. Selama ini pihak wargalah yang jelas selalu dirugikan hingga berjatuhan korban jiwa. Kegagalan itu terlihat jelas dan kasat sehingga menimbulkan korban jiwa. Namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut dari pemerintah untuk menangani kasus tersebut hingga selesai.

Oleh karena itu, Pengurus Daerah (PD) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Tangsel menyatakan sikap:

1.    Mengutuk dan mengecam segala bentuk kekesaran yang dilakukan oleh pihak kepolisian di bawah rezim SBY.
2.    SBY harus ikut bertanggung jawab dan menindak tegas para pelaku kekerasan sehingga tahun bangsa ini bebas dari ancaman kekerasan, hidup damai dan tentram di bumi Nusantara.
3.    SBY harus menindak tegas pihak kepolisian yang bertindak di luar kewenangan, dan memidanakan Kapolri apabila ada pihak kepolisian yang diduga menyalahkan-gunakan kewenangan, dan bertindak berlebihan hingga menimbulkan korban jiwa dalam menangani aksi massa. (*)