Indonesiabicara-Padang, 28 Juli 2009. Sekitar 300 warga petani dari empat Nagari Kabupaten Padang Pariaman, Senin (27/7) berdemo di depan Gedung DPRD Sumatera Barat. Mereka menuntut penghentian proyek instalasi PDAM di aliran irigasi Sicaung, Kecamatan Enam Lingkung, karena akan menimbulkan kekeringan. “Adanya proyek PDAM di Sicaung bakal menyebabkan kekeringan lahan pertanian seluas 1.470 hektar. Karena instalasi PDAM mampu menyedot air 500 liter per detik,” kata koordinator pengunjuk rasa, Abel Tasman.
Menurut Abel, sebelumnya PDAM pada tahun 1989 dan 1998 telah membangun proyek instalasi di lokasi sama dengan daya serap masing-masing 180 liter per detik dan 300 liter per detik. “Jika digabungkan dengan kemampuan instalasi baru, maka daya sedot instalasi PDAM semuanya mencapai 980 liter per detik,” begitu Abel berkalkulasi. Padahal kemampuan debit air irigasi Sicaung hanya sebesar 1.195 liter per detik. Sementara untuk kebutuhan irigasi 1.470 hektar sawah mencapai 2.205 liter per detik. “Tanpa instalasi PDAM sudah terjadi kekeringan seluas 100 hektar,” imbuh Abel.
Oleh karena itu Abel bersama Forum Petani Empat Nagari Pariaman menuntut DPRD mengluarkan surat penghentian proyek PDAM. Apalagi sumber pendanaan proyek berasal dari APBN sebesar Rp. 12,8 miliar. Namun Ketua Komisi III DPRD Sumbar, Yulman Hadi, menegaskan pihaknya tidak dapat memberikan rekomendasi penghentian proyek. “DPRD hanya bisa melakukan mediasi. Lagipula kami pernah diberi tahu soal proyek ini oleh pihak PSDA,” kilah Yulman saat menerima 20 perwakilan pengunjuk rasa. Proses negoisasi antara DPRD dan pengunjuk rasa berlangsung alot hingga 2 jam. Bahkan ratusan pengunjuk rasa sempat mencoba merangsek ke dalam gedung DPRD sebelum ditenangkan pihak polisi Poltabes Padang. (ahm)
Komentar