IndonesiaBicara.com-Nusa Dua (22/11/2012). Dari 17 Negara dan beberapa organisasi keagamaan yang bergabung dalam Parliamentary Union Of OIC (PUIC) dan juga non PUIC melakukan diskusi dengan berbagai tema yang berhubungan dengan kerjasama antar agama/kebudayaan di Parliamentary Event On Interfaith Dialog (PEOID), yang berlangsung di Grand Hyatt, Nusa Dua.
Presiden PUIC, Marzuki Alie mengatakan bahwa forum ini merupakan yang pertama digagas DPR RI, sebagai tindak lanjut dari rekomendasi SIUM PUIC ke-7 di Palembang 2012. Dimana, didalam dialog ini, akan dibahas hal-hal yang bermanfaat bagi pembangunan kerjasama diantara anggota-anggota parlemen.
Marzuki mengatakan, ada beberapa poin yang pihaknya anggap penting, yang dapat menjadi masukan bagi dialog ini. Diantaranya, pertama, membicarakan hal-hal yang mendasar, yang berkaitan dengan problem oleh masyarakat yang majemuk. Kedua, keberagaman yang muncul, ada kalanya melahirkan konflik sosial, khususnya di negara-negara yang sedang membangun demokrasi atau dalam tahap transisi. Ketiga, untuk itu, diperlukan adanya diskusi mendalam untuk mencari solusi bagi dinamisasi permasalahan ini.
Keempat, kemajemukan seharusnya menjadi modal yang berharga bagi terbentuknya sikap yang mengagungkan persatuan dan kesatuan. Kelima, keyakinan, agama dan budaya, sesungguhnya memiliki prinsip mengangungkan nilai-nilai kemanusiaan universal. Tanpa nilai tersebut, agama akan kehilangan makna, dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan untuk kemaslahatan masyarakat.
Dan terakhir, untuk mencegah keresahan masyarakat, yang dapat menganggu keharmonisan antar umat beragama, para pejabat, para tokoh/pemimpin masyarakat dan negara, perlu memperkokoh kemampuan mengontrol diri. Agar, tidak terprovokasi menyampaikan ucapan yang saling menyudutkan.
“Dari pembahasan dan dialog yang dilakukan para anggota parlemen tersebut, akan dihasilkan sebuah Bali Declaration. Yang diharapkan dapat mendorong terealisasinya aksi kongkrit dalam upaya mendukung kerjasama antar agama, dan antar kebudayaan,” tambahnya.
Sementara itu, Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengatakan, kerukunan beragama dan beragama kebudayaan unik yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Bali telah berkembang cukup lama. Misalnya, alkulturasi kebudayaan Cina dan Bali, yang telah ada sejak berabad-abad silam. Dimana, hingga saat ini, penggunaan uang kepeng masih dijadikan perlengkapan dalam upacara, ataupun ornamen ataupun patra Cina yang masih menghiasi sejumlah bangunan yang ada di Bali.
Komentar