IndonesiaBicara - Jurnalisme Independen Rakyat Indonesia

Revitalisasi Budaya Sasak, Agama dan Budaya Benteng Terhadap Globalisasi

Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi saat melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh Majelis Adat Sasak di Pendopo Gubernur.

IndonesiaBicara.com-Mataram, (08/11/11). Dua senjata ampuh yang bisa menjadi benteng masyarakat dalam menghadapi era globalisasi atau keterbukaan khususnya untuk bangsa Sasak dan NTB pada umumnya adalah benteng agama dan budaya.

Untuk itu perlu ada revitalisasi budaya Sasak yang ada sekarang ini dengan menggali dan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya Sasak yang sudah lama tenggelam ditengah-tengah masyarakat sesuai dengan yang sudah diwariskan nenek moyang terdahulu.

Demikian dikemukakan Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi saat pertemuan dengan tokoh-tokoh Majelis Adat Sasak di Pendopo Gubernur Selasa (08/11) malam.

“Mungkin kita perlu nampiq/memilih atau menyaring mana yang menjadi nilai-nilai budaya sasak itu yang sebenarnya dengan mana yang seakan-akan nilai budaya kita padahal prilaku yang salah diluar dari apa yang terwariskan oleh pendahulu kita. Mari kita bersihkan sama-sama,” ujarnya.

Menurutnya perlu dilakukan revitalisasi budaya sasak dengan menghidupkan kembali budaya Sasak sebenarnya yang memiliki nilai-nilai kemuliaan dan kehalusan budi pekerti sehingga budaya sasak itu benar-benar bersih dan tidak terkontaminasi dengan budaya yang lain.

“Maka perlu menurut saya, kepada semua pemangku adat saya mengajak revitaslisasi budaya kita yang benar-benar sudah bersih yang merupakan kemulian adat/budaya sasak kita hidupkan kembali. Kita heran kalau dulu alangkah bagusnya budi bahasa kita dan tidak terbayang anak kasar terhadap orang tuanya tetapi sekarang bukan hanya sekali seorang anak mencelakakan orang tuanya,” ungkapnya.

Gubernur termuda di Indonesia itu mengungkapkan sekarang ini sudah banyak perilaku yang sudah jauh menyimpang dari budaya sasak yang mengajarkan sopan santun dan kehalusan budi pekerti sehingga banyak terjadi kekerasan.

“Saya melihat sebagian atau lebih banyak budaya yang kita tradisikan, sosialisasikan atau yang diamalkan adalah budaya yang mengandung unsur kekerasan sedangkan budaya yang mengandung kehalusan budi seperti nembang semakin jarang dilakukan,” ungkapnya.

Menurut Zainul Majdi sempitnya pemahaman generasi muda terhadap budaya sasak itu menyebabkan terjadinya aksi-aksi kekerasan.

“Contohnya budaya perisaian kalau orang tua kita dulu membuat budaya perisaian ini untuk menampakkan kegagahan dan keberanian membela bangsanya tetapi sekarang kadang-kadang anak muda memahami itu hanya sebagai perkelahian saja. Yang ditangkap itu semangat kekerasan yang diidentikkan lah bahwa budaya kita adalah budaya yang keras,” tandasnya.

Untuk itu, ia mengajak kepada semua pemangku adat dan masyarakat untuk memajukan budaya perisaian karena didalamnya terkandung nilai keberanian dan kegagahan membela yang benar.

“Pemerintah daerah menunggu dan mengajak pemangku adat untuk menghidupkan kembali budaya Sasak yang ada dengan membuat kegiatan-kegiatan yang benar-benar nampak, tidak usah kita menengok adat-adat yang lain karena kita punya sendiri budaya yang sudah lam tersimpan dan terkunci sehingga mari kita buka kuncinya,” ujarnya.

Zainul Majdi menyebutkan diera globalisasi seperti sekarang ini, NTB tidak mungkin menutup diri dari dunia luar karena dengan adanya Bandara Internasional Lombok maka akan semakin banyak orang luar yang datang ke NTB. Sehingga untuk membentengi masyarakat dari pengaruh keterbukaan itu maka agama daan budaya adalah benteng yang paling ampuh.

“Mengapa demikian? Karena menurut saya rahasia bertahannya bangsa Sasak dibawah penjajahan yang berlangsung selama ratusan tahun itu karena adanya agama dan budaya. Jadi kalau dulu nenek moyang sukses melewatkan cobaan, maka generasi penerus harus menjadikan agama dan budaya ini sebagai benteng insyaallah kita akan selamat,” jelasnya.

Dalam pertemuan dengan tokoh adat yang ada di Lombok tersebut, Gubernur mengharapkan pertemuan tersebut diagendakan secara periodik. Bahkan dalam rangka menyambut HUT NTB pada bulan Desember yang akan datang, akan dilaksanakan “Sangkep Beleq” di Mataram yang akan membahas tentang eksistensi dan apa yang perlu dilakukan ke depan untuk eksistensi budaya sasak. (*)

Tinggalkan Balasan

 

 

 

Anda dapat menggunakan penanda HTML berikut

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

What is 9 + 12 ?
Please leave these two fields as-is:
PENTING! Untuk melanjutkan Anda harus menjawab pertanyan di atas.