indonesiaBicara.com – Jakarta (14/8) Presiden SBY dalam pidato kenegaraannya di depan anggota DPR periode 2004 – 2009 mengatakan “Ada tiga momen sejarah bangsa untuk direnungkan dan mengambil mutiara kebijakan yang berguna bagi perjalanan bangsa yaitu Tentang makna proklamasi dan bagaimana kita mengaktualisasikan semangat kemerdekaan ini dimasa kini dan masa mendatang. Tentang apa yang terjadi di negeri ini lima puluh tahun yang lalu, yaitu adanya dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 dan Merenungkan apa yang terjadi sepuluh tahun yang lalu yaitu 1999 merupakan tonggak sejarah bangsa dengan adanya era reformasi. Era reformasi ditandai dengan amandemen UUD 45 dan berakhirnya Dwifungsi ABRI.
Banyak kalangan dalam dan luar negeri yang mencemaskan masa depan negara kita, termasuk kelangsungan hidup kita sebagai negara. lima skenario yang bisa terjadi akan masa depan Indonesia, Indonesia diramalkan bahwa Indonesia akan mengalami balkanisasi, terpecah-pecah menjadi banyak negara kecil-kecil, karena munculnya sentimen kedaerahan yang kuat di mana-mana, Melihat Indonesia berubah menjadi negara Islam bergaris keras, karena munculnya sentimen keagamaan yang ingin meminggirkan ideologi Pancasila. Meramalkan Indonesia akan berubah menjadi negara semi otoritarian yang arahnya tak jelas. Justru melihat Indonesia berjalan mundur, kembali memperkuat negara otoritarian dan Indonesia diramalkan menjadi negara demokrasi, terutama negara demokrasi yang stabil dan terkonsolidasi.
Aksi terorisme, mengebom tempat-tempat umum adalah tindakan tak berperikemanusiaan dan membunuh orang-orang tak berdosa. Kaum teroris ingin kita tercekam dalam ketakutan dan kemudian menghentikan kegiatan sehari-hari. Bangsa Indonesia tidak akan kalah dan takluk pada teroris. Berkali-kali dihajar teror, bangsa Indonesia tetap bisa bertahan. Buktinya nilai rupiah dan indeks saham justru makin menguat. Teror tak membuat bangsa Indonesia berhenti berkarya.
Ada gejala baru dalam aksi terorisme yaitu aksi terorisme ditujukan langsung untuk melawan negara, dalam hal ini Indonesia. Termasuk rencana asasinasi kepada kepala negaranya. Namun, ancaman tersebut tak melemahkan negara. Saya ingin menegaskan bahwa negara tidak boleh dan tidak akan kalah melawan terorisme. Pemerintahan yang saya pimpin akan terus berjalan sebagaimana mestinya, melindungi rakyat, melayani rakyat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia.
Akar penyebab utama berkembangnya terorisme seperti kemiskinan dan keterbelakangan, ketidakadilan diberbagai wilayah dunia, dan akar-akar radikalitas itu sendiri. Terhadap itu semua, pembangunan yang dilakukan Indonesia justru bertujuan untuk mengatasi kemiskinan, keterbelakangan, serta ketidakadilan. Oleh karena itu, strategi yang kita tempuh memiliki dua sasaran. Dua sasaran tersebut pertama mengatasi akar-akar penyebabnya, kedua melakukan langkah-langkah intensif aksi-aksi terorisme kapanpun dan dimanapun.
Keanggotaan Indonesia di ASEAN, G-20, APEC, ASEM, D-8, dan OKI akan selalu dimanfaatkan untuk memajukan kerjasama dan kesejahteraan internasional. Melalui G-20, Indonesia akan terus berupaya bersama negara maju dan emerging economies lainnya untuk mencari solusi terhadap krisis keuangan global, serta menciptakan tatanan ekonomi dunia yang lebih adil.
Dalam forum OKI, Indonesia ikut mendorong reformasi OKI, dan ikut mengusung Piagam Mekah yang merupakan dokumen politik yang bersejarah bagi umat Islam, khususnya dalam rangka mempromosikan Islam moderat dan nilai-nilai demokrasi. Indonesia juga terus aktif menangani isu-isu global, termasuk perubahan iklim. Tahun 2007, Indonesia telah menorehkan tinta emas dengan keberhasilan menyelenggarakan UN Conference on Climate Change, yang berhasil menelorkan Bali Road Map. Terlepas dari berbagai upaya yang terus dilakukan, memang masih belum ada jaminan bahwa dalam pertemuan COP-15 di Copenhagen bulan Desember mendatang, negara-negara maju dan berkembang akan berhasil mencapai suatu konsensus baru untuk rezim perubahan iklim paska-2012.
Dalam proses ini, Indonesia terus berupaya berperan menjembatani dan membangun konsensus baru. Indonesia juga dengan penuh tanggung-jawab terus menjaga kelestarian hutan hujan tropis yang merupakan aset dunia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Kita harus berhasil karena ini bukan saja untuk kepentingan bangsa Indonesia, namun juga demi kepentingan yang jauh lebih besar, yaitu kepentingan masa depan umat manusia dan bumi kita. (pri)
Komentar