IndonesiaBicara-Jakarta, 24 Juni 2009. Perdebatan mengenai Neo Liberalisme masih menghiasai media cetak dan elektronik dan sering diangkat oleh kubu JK – Wiranto maupun Megawati – Prabowo dalam menyerang kandidat capres SBY – Boediono. Fuad Bawazier (DPP Partai Golkar/Tim Sukses JK – Wiranto) dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Koordinator Nasional Gerakan Mahasiswa Pemuda Indonesia (KORNAS GMPI) mengatakan bahwa penyelematan aset Bank Century oleh Boediono (Cawapres SBY pada Pilpres 2009) menyerap anggaran sekitar Rp 2,8 Triliyun dan pada pelaksanaannya menyerap Rp 6,8 triliyun. Hal tersebut dinilainya sebagai salau satu ciri dari paham Neo Liberalisme. Selanjutnya Fuad menjelaskan bahwa “Orang yang berpaham Neolib masuk pasar untuk menghindari dituduh Neolib, seperti PKI yang masuk mesjid”.
Maruarar Sirait (DPP PDIP/ Tim Sukses Mega – Prabowo) yang hadir dalam diskusi tersebut menjelaskan tentang bahaya dari Neo Liberalisme dengan mengatakan, “Pertamina sebagai BUMN terkaya tidak bisa mengelola Blok Cepu. Malah menyerahkan tanggung jawab pengelolaan kepada pihak asing yang jelas-jelas merugikan rakyat dan segala macam bentuk/aturan Neolib harus diganti, sedangkan aturan-aturan pro rakyat belum dijalankan”.
Terkait dengan ketidaksetujuan terhadap Neo Liberalisme, M. Danial Nafis (Ketua Umum KORNAS GMPI) mengutarakan ketidaksetujuan pihaknya jika Bank Indonesia diserahkan kepada Sri Mulyani yang dinilainya menganut paham Neolib. Tetapi jika Capres nomor urut 1 maupun 3 tidak punya sistem yang lebih baik, maka lebih baik beri jalan untuk Capres nomor urut 2. (Inong)
itulah kelakuan para politikus kita sekarang ini, bukan mencari solusi tapi mencari kambing hitam… gak dewasa..
sulitnya mencari pemimpin yang berpihak pada rakyat banyak.