IndonesiaBicara-Tangerang Selatan, (29/09/10). Pilkada Kota Tangerang Selatan yang sedianya akan digelar pada bulan November tahun ini dianggap masih banyak belum diketahui oleh masyarakat Kota Tangerang Selatan. Sebagaimana diketahui, salah satu tugas daripada KPU, khususnya KPU Kota Tangsel ialah melaksanakan sosialisasi terkait pelaksanaan Pilkada, baik dari tahap kampanye hingga masa pencoblosan. Namun, hingga kini, upaya sosialisasi yang seharusnya dilaksanakan oleh KPU Tangsel belum komperhensif di kerjakan.
Padahal, berbagai kebutuhan untuk itu, seperti anggaran, fasilitas, media dan aturan telah tersedia. Apabila kondisi ini tidak berubah, mengingat pelaksanaan pilkada sebentar lagi terlaksana, maka dikhwatirkan angka golput pada pilkada nanti cukup besar.
Kekhawatiran ini disampaikan oleh Rudy Gani, Aktivis HMI Badko Jabotabeka Banten, hari ini(28/09). Menurutnya, KPU masih belum maksimal mensosialisasikan pilkada bulan November nanti kepada masyarakat Tangsel. Hal ini mengindikasikan jika KPU tidak profesional dan melanggar UU. ”Padahal UU Pemilu dengan tegas mengamanatkan kepada KPU untuk mensosialisasikan Pilkada kepada masyarakat. Sayangnya, KPU lemah dalam hal sosialisasi. Penyebabnya mungkin saja KPU tidak paham akan tugasnya,” kata Rudy.
Persoalan lain menurutnya, KPU Tangsel juga terindikasi hanya melakukan sosialisasi ke titik-titik lumbung suara dari calon kandidat tertentu. Sebab, Rudy melihat KPU Tangsel terkesan tertutup dalam hal sosialisasi. Ada upaya mensosialisasikan pilkada hanya pada titik tertentu saja. Sehingga, daerah yang dianggap lumbung suara kandidat yang tidak didukung KPU, minim dilakukan sosialisasi.
”Bisa saja KPU hanya bekerja pada titik tertentu, yaitu lumbung suara kandidat yang didukung oleh KPU. Memang di atas kertas KPU harus netral. Namun, seperti yang sudah-sudah, KPU condong mendukung salah satu kandidat tertentu. Hal ini berbahaya,” ujar alumni FISIP UMJ tersebut.
Salah satu langkah solutif untuk mengatasi hal ini, Rudy berharap media massa memainkan peran aktifnya sebagai agent of social control bersama mahasiswa dan ormas. Begitupula dengan LSM dan gerakan pemuda. Tanpa adanya sinergi diantara seluruh kelompok tersebut, ujar Rudy, pilkada Tangsel akan gaduh dengan kecurangan dan kelak mencederai demokrasi yang sedang dibangun saat ini.
”Kita harus bersatu padu. Baik itu pers, mahasiswa, LSM dan Ormas pemuda. Sebab, kita tidak ingin demokrasi yang kita bangun dicederai oleh sekelompok orang yang zalim dan rakus jabatan. Tangsel harus merdeka dari sikap bar-bar dan politik tuna moral,” ungkap Rudy. (*)
Komentar