Indonesia Bicara-Jakarta, (22/12/09). Ancaman risiko sistemik yang menjadi alasan pemerintah menyuntikkan dana sebesar Rp 6,7 triliun ke pada Bank Century dibantah mantan pejabat Bank Indonesia. Mantan Deputi senior Gubernur BI Anwar Nasution dan mantan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah.
Dalam keterangannya pada rapat Pansus di Gedung MPR/DPR Jakarta, kemarin, Burhanuddin Abdullah mengatakan, tiap dua bulan sekali BI mengadakan pertemuan bank-bank penting yang berdampak sistemik. Dalam pertemuan tersebut, Bank Century tidak pernah ikut, karena dinilai jauh dari kategori sistemik, “Dua bulan sekali kita melakukan pertemuan dengan bank-bank sistemik atau Systemically Important Bank, jumlahnya ada 15 bank dan menguasai sekitar 85 persen institusi perbankan, itu tidak termasuk Bank Century, jauh sekali,” katanya.
Ia mengungkapkan, 15 bank yang berdampak sistemik itu adalah Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, BCA, BII, Danamon, Panin, Bank Mega, Bank Niaga, Bukopin, Bank Lippo, dan Bank Niaga yang kini bergabung, dan Bank Permata. Namun, ketika itu BI tetap membantu karena dilandasi semangat menolong industri perbankan. “Semangat untuk menolong industri kita kedepankan, dengan memberikan fasilitasi. Ujungnya yang kita inginkan bank itu menjadi bank yang sehat,” kata Burhanuddin.
Senada dengan Burhanuddin, Anwar Nasution mengatakan, Bank Century masuk ke dalam kategori bank kecil yang tidak memiliki peran penting di pasar uang antar bank (PUAB) serta pasar devisa. “Ada kesalahan indikator sistemik, saya katakan ini tidak sistemik, diukur dari PUAB dan pasar devisa. Bank Century ini peranannya secuil di kedua pasar tersebut. Bahkan dana bailout Rp 6,7 triliun cuma kepakai Rp 300 miliar doang untuk bayar PUAB,” kata Anwar.
Oleh karena itu, menurut Anwar, seharusnya Bank Century tidak perlu diselamatkan karena banyaknya pelanggaran yang dilakukan. “Pelanggarannya banyak, ada pencurian uang sebesar 12 Juta US Dollar oleh Dewi Tantular. Ini merupakan cermin melemahnya pengawasan BI dan kenapa itu dibiarkan. Ini tidak ada kaitannya kolapsnya bank dengan krisis global,” sergahnya.
Menurut Anwar, nasabah Bank Century hanya beberapa ribu orang saja dan bukan masyarakat kelas bawah. Dari seluruh nasabah, kata dia, diantaranya ada 40 nasabah kelas kakap yang menguasai sekitar 40 persen aset bank. “Ini menunjukkan kegagalan operasional Bank Century hanya berdampak pada sejumlah nasabah saja,” katanya.
Keterangan dua pejabat BI sekaligus menjawab penegasan Menkeu Sri Mulyani yang mengatakan bahwa keputusan pemerintah itu, karena bank tersebut gagal dan berdampak sistemik bagi perbankan secara keseluruhan. (Sur)
Komentar