IndonesiaBicara.com–Jakarta (10/9). Aset Bank Century hanya sebesar Rp.15 triliun kemudian di-recovery dengan Rp.6,7 triliun, itu sangat tidak masuk akal, demikian pendapat Iman Sugema (The Institute for Development of Economics and Finance/INDEF), ketika ditanyakan pendapatnya terkait upaya terhadap penyelamatan Bank Century oleh Pemerintah, di Jakarta Rabu (9/9).
Menurut saya, resiko sistemik yang menjadi alasan bailout tersebut sangat tidak beralasan, karena sampai saat ini kriteria sistemik itu belum pernah disepakati antara Pemerintah dan DPR. Kondisi sistemik terjadi jika suatu Bank ditutup, kemudian terjadi rush besar-besaran dan mengganggu sistem perbankan seperti pada tahun 1997-1998.
Bank Century, nasabahnya saja hanya 65 ribu orang. Itu berarti cuma 0,1 persen dari total nasabah di Indonesia dan total aset Bank yang hanya 0,075 persen dari total aset perbankan di Indonesia, mengapa Pemerintah ngotot ingin menyelamatkan Bank tersebut. Begitu pula dengan pinjaman antar Bank di Bank Century, berdasarkan data yang saya miliki, pinjaman Bank yang sempat dikuasai Robert Tantular tersebut hanya berjumlah Rp.750 miliar.
“Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sekaligus decision maker harus siap mempertanggungjawabkan segala keputusannya”, tambah Iman.
“Penyelamatan Bank Century dilakukan karena ada sebuah indikasi penyelamatan para deposan-deposan besar, lanjut Iman.
Kasus perbankan yang dialami Bank Century sebenarnya juga dialami oleh Bank IFI, yang dilikuidasi pada 17 April 2009. Menurut saya, antara dua Bank ini tidak ada bedanya alias sama-sama Bank kecil, dan kaitan antar Bank juga tidak besar. Selain itu, sekarang ada berapa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang ditutup. Ada sekitar 17 Bank, tapi nyatanya tidak ada masyarakat yang rush, pungkas Iman.(pri)
Komentar