IndonesiaBicara-Palangka Raya, 16 Agustus 2009. Surat permohonan Gubernur Kalteng A Teras Narang SH meminta hujan buatan dilaksanakan di provinsi ini ternyata ditanggapi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (Bakornas PBA) pada Sabtu (15/8). Kegiatan yang akan menghabiskan dana APBN senilai Rp. 2 Miliar lebih tersebut akan digelar
selama 20 hari dari Minggu (16/8) kemarin dengan menggunakan pesawat Casa 21-200 produksi IPTN yang akan menaburkan garam sebanyak satu ton per harinya.
“Kita patut bersyukur karena permohonan dikabulkan pemerintah pusat. Ini
memperlihat kerjasama yang baik antara pemerintah provinsi dengan pusat,” ujar Gubernur Kalteng A Teras Narang SH usai meninjau pesawat penabur garam tersebut di Bandara Tjilik Riwut, Minggu (17/8) di Palangka Raya.
Pada kesempatan itu juga Teras bersyukur Palangka Raya dan sejumlah daerah lainnya telah diguyur hujan namun, menurutnya itu bukan berarti larangan membakar lahan tidak berlaku lagi.
“Saya imbau kepada masyarakat jangan melakukan pembakaran yang tidak
bertanggung jawab karena itu bukan hanya tindak kejahatan tetapi juga
pelanggaran yang menggangu kepentingan daerah dan kewibawaan Republik
Inodnesia,” terangnya.
Sayangnya pada saat itu, Teras tidak menjelaskan tentang kelanjutan
permohonan bantuan dua pesawat helikopter dari Departemen Kehutanan yang akan diperbantukan untuk operasional Manggala Agni Dinas Kehutanan.
Sementara itu, Koordinator Pengkajian Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Pusat Dr. Tri Handoko Seto yang memimpin tim mengatakan, pihaknya akan melakukan penaburan benih-benih hujan tersebut pada daerah-daerah yang terbanyak titik panas yang berpotensi menimbulkan kebakaran lahan dan hutan.
“Untuk penaburan pertama, kita dahulukan daerah Palangka Raya dan
sekitarnya,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan, selain daerah terbanyak titik panas, pihaknya juga
memprioritaskan kualitas awan yang berpotensi tinggi untuk menimbulkan
hujan.
“Memang tujuan kegiatan ini hanya untuk memperkecil jumlah titik panas,
sehingga mampu mencegah potensi kebakaran yang meluas,” tegasnya.
Kendati hanya ditugaskan selama 20 hari, rombongan ‘pembuat hujan’ akan
tetap berada di provinsi ini selama masih dibutuhkan untuk membuat hujan.
“Untuk sekali penaburan sekitar 1 ton garam dan dananya sekitar Rp100 juta,” tambahnya.
Sekedar diketahui, untuk membuat hujan buatan biasanya bahan-bahan berupa garam dapur atau natrium chlorida (NaCl), atau CaCl2 dan urea disebarkan dengan bantuan pesawat terbang. Bahan tersebut disebar di
atmosfer pada ketinggian di atas freezing level, dimana lapisan ini
mengandung banyak uap air lewat dingin (super cooled moisture). Uap air
ini dapat membeku secara alami. Penambahan bahan tersebut akan
mempercepat pembekuan uap air. Es yang turun ke lapisan lebih rendah
perlahan-lahan mencair dan menambah jumlah air hujan yang turun ke permukaan bumi. (HH)
Komentar