Pembicara dalam Tarhib Ramadhan, Felix Siaw
IndonesiaBicara.com-Tangerang Selatan (11/07/12). Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DPC Setu dan Serpong dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan 1433 H menyelenggarakan acara Majelis Ukhuwah HTI Bersama Umat di masjid Agung Al Mujahidin Serpong, ahad 8 Juli 2012 dengan dihadiri sekitar 550 orang. Acara Majelis Ukhuwah ke-3 ini rutin diselenggarakan secara bergiliran di masjid-masjid di wilayah DKI-2 tiap bulannya dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat luas akan pentingnya penegakan syariah dan khilafah. Pada acara kali ini menghadirkan tema Tarhib Ramadhan, seruan menyambut ramadhan bulan yang penuh berkah dan momen untuk menegakkan al Quran di tengah-tengah kaum muslimin, dengan menghadirkan pembicara aktivis HTI yaitu Ustadz Muhammad Yusuf (Aktivis HTI Setu – Tangerang Selatan), Ustadz Ahmad Umar (Aktivis HTI Pondok Aren), Ustadz Ahmad Junaidi (Aktivis HTIDepok) dan Ustadz Felix Y Siauw (Jakarta Barat).
Dari uraian para pembicara bahwa bulan ramadhan merupakan momentum umat islam untuk penerapan al Quran dalam kehidupan sehari-hari, demikian disampaikan oleh Ustadz Muhammad Yusuf. Sementara itu Ustadz Ahmad Umar menyoroti fakta yang berkembang di tengah masyarakat adanya fenomena stop maksiat menjelang ramadhan dengan penutupan pub-pub malam, razia minuman keras dan lain-lain. Seharusnya umat Islam harus terikat dengan hukum syara’ sepanjang waktu baik di bulan ramadhan maupun di luar bulan ramadhan. “Barang siapa yang mengaku cinta kepada Allah dan RasulNya harus dibuktikan dengan mengikuti metode dan tuntunan yang dibawa oleh Rasulullah SAW” demikian disampaikan oleh Ustadz Ahmad Junaidi dengan penuh semangat dan disambut dengan teriakan gema takbir peserta.
Pembicara terakhir yang disampaikan ustadz Felix Y Siauw menegaskan bahwa jalan dakwah penuh dengan pengorbanan dan kepayahan. Untuk itu sebagai kaum muslimin harus selalu mencontoh perjuangan para shahabat yang penuh dengan pengorbanan agar selalu bersemangat dalam mengemban dakwah ini. (rintho/rls)
Komentar