IndonesiaBicara-Amlapura, (13/07/11). Minimnya penghasilan rata-rata guide khusus Besakih yang hanya mencapai Rp 200 ribu per bulan, membuat petugas terdepan penjaga citra ODTW Besakih itu meminta perhatian pemerintah.
Menurut Ketua Paguyuban Guide Khusus Besakih I Putu Artawa, (12/07), anggotanya para guide khusus Besakih selama ini kerap kali terkesan memiliki citra negatif dimata orang luar.
Namun seiring perjalanan waktu upaya pembenahan telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun internal organisasi sehingga mentalitas dan kualitas mereka kini sudah semakin baik. Namun secara profesional dari sekitar 400 orang guide khusus baru sekitar 252 orang yang dilatih dan memiliki sertifikat, sedangkan sisanya belum.
Dikatakan Artawan, jika dihitung rata-rata para guide khusus tersebut hanya memiliki penghasilan sekitar Rp 200ribu per bulan. Dengan minimnya penghasilan mereka diusulkan kepada pemerintah agar dapat kiranya membantu beberapa fasilitas seperti bantuan pakaian seragam sebagai cermin kekompakan dalam bertugas, bantuan pesawat handy talky untuk keselamatan wisatawan saat hendak mendaki ke puncak Gunung Agung dan bantuan kamera untuk keperluan dokumentasi berbagai kegiatan upacara sebagai bahan informasi bagi wisatawan.
Dalam tahun 2011, kunjungan wisatawan ke obyek wisata Besakih semakin meningkat dari sebelumnya yang hanya rata-rata 180 orang perhari, kini sudah naik menjadi 200–230 orang per hari. Dari wisatawan yang berkunjung ke Besakih terbanyak adalah wisatawan Eropa dan Australia , disusul Jepang dan berbagai negara lainnya.
Sedangkan wisatawan domestik sudah menurun, mengingat masa liburan sudah mendekati akhir. Adapun bahasa yang dikuasai para guide khusus antara lain sebagian besar menguasai bahasa Inggris, sedangkan sekitar 10 orang menguasai bahasa Jepang, Perancis dan Jerman.
Artawan menyebut banyak wisatawan mengeluhkan mengenai pungutan, diharapkan pemungutan bisa dilakukan satu pintu dan satu kali saja dengan tarif yang jelas. Selama ini tarif masuk dikenakan Rp 15.000 orang untuk wisatawan asing, Rp 10.000 untuk wisatawan domestik ditambah pembebanan untuk parkir sebanyak Rp 3.000.
Sementara jika wisatawan hendak naik ke Gunung Agung untuk menyaksikan sunrise dipagi hari, dikenakan tarif Rp. 400 ribu per guide untuk wisatawan asing dan Rp 350 ribuuntuk wisatawan domestik.
Jika hendak mendaki memerlukan waktu 12 jam, berangkat pukul 11.00 atau 12.00 malam tiba pagi di puncak menikmati sunrise sekitar 1 jam lalu istirahat baru kemudian turun dan tiba dibawah pukul 11.00 siang.
Para petugas guide khusus setiap hari beroperasi sebanyak 200 orang antara lain dibagi dua pos masing-masing di Pos Manik Mas sebanyak 100 orang dan di Pos Parkir Ulun Setra sebanyak 100 orang.
Karena wisatawan tidak wajib mengajak guide maka hanya sekitar 5–10 rang guide rata-rata perhari yang dapat mengantar wisatawan.
Para guide yang baru mendapatkan insentif dari pemerintah Rp 75.000 per bulan baru sekitar 250 orang sedangkan yang lainnya belum kebagian karena belum memiliki sertifikat.
Para guide itu sebagaian memang memiliki pekerjaan sebagai peternak, petani bunga, pedagang dan sebagainya tetapi sebagian besarnya lagi hanya mengandalkan penghasilan sebagai guide khusus.
Ditambahkan Artawan, mitos yang pernah didengarnya selama ini untuk kesucian Pura Besakih adalah bagi tamu atau siapa saja yang datang ke Pura Besakih jika mengambil sesuatu yang tidak diperkenankan bisa berakibat kena sakit, biasanya apa yang diambil dikembalikan lagi ke tempatnya.
Untuk itu dalam menjaga kesucian Pura biasanya utuk wisatawan yang datang bulan, hanya berkeliling saja sedangkan bagi wisatawan yang hendak bersembahyang dengan membawa perangkat upacara diijinkan memasuki areal pura.
Pura Besakih sendiri memiliki 18 komplek Pura umat dan sekitar 30 komplek pura pedharman atau non pura umat, diempon 11 pemangku dibantu puluhan pemangku lainnya.
Sementara itu menurut Kadisbudpar I Wayan Purna, untuk penataan Besakih sedang diusulkan memperoleh pendanaan pembangunan Gedung Diorama Besakih untuk menambah pesona khasanah ODTW yang bernuansa spiritual dan menjadi pusat agama Hindhu Nusantara.
Usulan dana ke Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata bernilai sekitar Rp 3 milyar namun dalam realisasi tergantung pendanaan dari Pusat. Sementara untuk masalah Pasar Seni Manggis yang baru dibangun adalah pasar tradisionalnya saja sedangkan kombinasinya pasar seni juga sedang diusulkan pendanaannya ke Pusat. (*)
Komentar