IndonesiaBicara-Jakarta, 25 Juni 2009. Menjelang Pilpres 2009, Temu Aktivis Lintas Generasi (Tali Geni) pimpinan Jefri Silalahi mengadakan Gelar Data dan Kesaksian Pasca Reformasi 1998 di Galeri Café Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
Dalam acara tersebut, dilakukan perbandingan 2 pemerintahan yang pernah berkuasa pasca Reformasi 1998 di Indonesia, yaitu pemerintahan Gus Dur-Megawati (1999 s/d 2004) dan SBY-JK (2004 s/d 2009).
Berdasarkan data yang didapatkan, Tali Geni menarik kesimpulan beberapa hal, yaitu :
1. Perbandingan jumlah kekerasan negara.
a. Di era Gus Dur-Megawati, tahun 1999 hingga 2001 dan tahun 2001 hingga 2004, terjadi 18 kali peristiwa terkait kebebasan berekspresi dan perjuangan hak dasar rakyat yang berujung pada penangkapan dan penahanan. Dari 18 peristiwa tersebut, aktivis yang ditangkap berjumlah 349 orang, sementara yang dilanjutkan proses hukum hingga penahanan melalui vonis pengadilan dengan masa hukuman minimal 3 bulan penjara dan maksimal 7 bulan penjara berjumlah 10 orang. Diantara 18 peristiwa tersebut, kekerasan fisik yang dilakukan aparat terhadap para aktivis berupa penembakan terjadi pada 3 aktivis petani di Bulu Kumba. Dari penembakan tersebut seorang petani tewas.
b. Di era pemerintahan SBY dan JK, tercatat ada 65 kali peristiwa terkait kebebasan berekspresi dan hak-hak dasar rakyat yang kemudian berujung pada penangkapan serta penahanan. Dari 65 kasus tersebut, aktivis yang ditangkap berjumlah 1.248 orang dan yang dilanjutkan hingga pengadilan dan divonis berjumlah 42 orang dengan masa pidana 6 bulan hingga 2,5 tahun penjara. Diantara 65 kasus tersebut tejadi kekerasan fisik berupa penembakan di 6 peristiwa masing-masing 30 orang di Bojonegoro, 35 orang di Lombok Tengah, 1 orang di Wamena, 5 orang di Pasuruhan dan 2 orang di Sulawesi Tengah, 1 orang di Unas Jakarta. Toptal 74 orang ditembak. Dari keenam peristiwa tersebut, korban meninggal karena penembakan berjumlah 8 orang.
2. Perbandingan ritme kekerasan negara.
a. Berdasarkan data tersebut, jika dibagi rata-rata jumlah mereka yang ditangkap dengan periode pemerintahan, maka di era Gus Dur-Megawati rata-rata terjadi penangkapan aktivis 1 orang setiap 5,5 hari atau 1 orang ditangkap setiap 132 jam.
b. Sementara di periode pemerintahan SBY-JK rata-rata setiap 1,5 hari 1 orang aktivis ditangkap atau setiap 36 jam 1 orang aktivis ditangkap.
3. Perbedaan perilaku kekerasan negara.
a. Perbedaan perilaku kekerasan terhadap para aktivis dari dua periode tersebut secara signifikan terdapat perbedaan situasional. Di periode Gus Dur-Megawati, jumlah kekerasan bertambah karena diwarnai tekanan situasi politik yaitu situasi transsisional atau pergantian dari presiden Gus Dur ke Megawati dan konflik kedaerahan seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
b. Sementara dalam periode pemerintahan SBY-JK justru yang terjadi adalah kebalikannya. Jumlah penangkapan, penahan dan kekerasan lainnya justru meningkat tajam dalam situasi negara yang relatif tidak ada gejolak politik berupa pergantian kekuasaan.
4. Perbandingan luas sebaran kekerasan negara.
No Peristiwa Gus Dur-Megawati (1999-2001)
dan Megawati (2001-2004) SBY-JK
(2004-2009)
1 Jumlah peristiwa 18 kali 65 kali
2 Jumlah aktivis ditangkap 349 orang 1.248 orang
3 Jumlah penahanan 10 orang 42 orang
4 Masa penahanan 3-7 bulan penjara 6 bulan-2,5 tahun penjara
5 Penembakan 1 peristiwa, korban 3 orang ditembak 6 peristiwa, 74 orang ditembak
6 Meninggal dunia 1 orang 8 orang
Selain melakukan perbandingan, Tali Geni juga membuat prediksi pemerintahan 5 tahun ke depan (2009-2014) berkaitan dengan kekuatan globalisasi.
Lebih lanjut, Jefri Silalahi menyatakan “Tahun 2009-2014, Negara Indonesia akan membutuhkan pemerintahan yang “berani” melakukan kekerasan terhadap rakyatnya demi menjaga kepentingan asing. Beberapa diantaranya adalah program pasar bebas yang akan menambah sekitar 500 jenis produk yang masuk pasar bebas nasional serta 4 jenis pekerjaan dalam pasar bebas tenaga kerja, yaitu bidang pendidikan, kedokteran, teknologi informatika dan infrastruktur. Jika melihat komposisi capres dengan berangkat dari prediksi dan perbandingan tersebut maka yang memenuhi syarat untuk menjadi centeng kepentingan globalisasi adalah SBY kemudian disusul oleh JK. Sementara bagi kepentingan globalisasi nampaknya Megawati tidak masuk nominasi karena kecenderungan ideology nasionalismenya”. (Yani)
Komentar