IndonesiaBicara–Magelang (10/9). Pembatalan lelang pembangunan pasar Rejowinangun mengundang aksi unjuk rasa di Pemkot Magelang.
Unjuk rasa kali ini dilakukan oleh Jaringan Mahasiswa untuk Advokasi Pedagang (Jangan Suap Magelang). Meskipun hanya diikuti oleh 13 orang tetapi aksi ini sempat diwarnai insiden saling dorong antara mahasiswa dengan polisi di pintu masuk kantor Pemkot. Saling dorong ini terjadi karena mahasiswa memaksa bertemu dengan Walikota.
Karena walikota tidak ada di tempat, mahasiswa ditemui oleh Asisten II, Soereni Adi, yang bersedia dialog dengan mahasiswa. Mahasiswa tetap memaksa masuk kantor untuk melihat apakah benar-benar Walikota tidak di tempat. “Kami akan sweeping kantor, ini kan jam kerja”, teriak mereka. Karena tidak dicapai kesepakatan mahasiswa kembali melakukan happening art, dzikir bersama dan menaburkan bunga di pintu masuk kantor, yang menggambarkan hati nurani Walikota telah mati.
Happening art sebelumnya menggambarkan Walikota yang kesurupan dan baru bisa diobati setelah dahinya ditempel uang.
Aksi ini diawali dengan melempari baliho bergambar Walikota dan Wakil Walikota dengan tomat.
Koordinator Aksi Gozhali, mengatakan, “Kami menuntut kepada Walikota untuk segera menentukan investor yang berhak membangun pasar Rejowinangun pada bulan Oktober 2009 dan Surat Perintah Kerja (SPK) turun tanggal 1 November 2009.” Tuntutan lainnya adalah bangunan yang bekualitas, proses pembangunan yang transparan, dan biaya pembangunan tidak lebih dari 100 milyar, sesuai dengan Detail Engineering Design (DED) sehingga harga kios/los terjangkau oleh pedagang.
Di saat mahasiswa akan meninggalkan kantor pemkot, mereka menghentikan sebuah mobil dinas dan menempelkan poster, “Mobil ini disegel demi rakyat.”
Mahasiswa juga menyegel pintu gerbang pemkot dengan tulisan, “Gedung Walikota disegel.” (Hidayat).
pasar lagi,,pasar lagi,,,