IndonesiaBicara.com-CIPUTAT (19/03/14). Penyelenggaraan Pemilu 2014 yang sudah dekat, semakin hangat untuk dibicarakan dan didiskusikan. Seperti diskusi bertajuk Meninjau Wacana Kesejahteraan Sosial Dalam Momen Pemilu 2014 yang secara sederhana digelar oleh KP Federasi Mahasiswa Kerakyatan dan KOMPAK (Komite Mahasiswa dan Pemuda Anti Kekerasan) di Teras Student Center Kampus UIN Syarif Hidayatullah Ciputat.
Pembicara dalam diskusi tersebut yang juga Mahasiswa S2 Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia, Maung menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selama dipimpin SBY hanya meningkat sebesar 6% dan ternyata tidak berpengaruh banyak untuk rakyat, kondisi real rakyat hari ini masyarakat miskin makin miskin, dan yang kaya makin kaya.
“Kesejahteraan sosial dapat diukur dari pendapatan individu perhari, kepemilikan, dan produktivitas negara. Hubungannya dengan Pemilu adalah, Pemilu akan menghasilkan penguasa sebagai penentu kebijakan yang seharusnya pro rakyat”, terangnya.
Karena, menurutnya perubahan sistem atau pemimpin akan mempengaruhi kesejahteraan sosial secara keseluruhan.
“Momentum Pemilu, hanya menjadi ajang janji pendidikan dan kesehatan gratis. Kesejahteraan sosial pun tidak luput sebagai amunisi kampanye politik” papar Maung.
Sementara itu Awe yang merupakan Aktivis KP Federasi Mahasiswa Kerakyatan, mengatakan bahwa kesejahteraan sosial yang merata akan terjadi jika ada nasionalisasi industri dan aset negara. Dalam politik tidak ada yang benar dan salah.
“Meskipun tidak ada calon ideal menurut kita, tetapi harus ada pertimbangan lain seperti proses demokratisasi dan bayangan lain yang bisa dilihat di masing-masing figur”, katanya.
Penguasa menurut Awe, menjadi penentu kebijakan yang seharusnya pro rakyat.
“Jika penguasa memiliki basis rakyat yang jelas maka kita bisa untuk merubah kebijakan-kebijakan yang pro rakyat”, pungkasnya. (Rif/Rin)
Komentar