
“Kami menemukan tahu dan mie yang berwarna kuning yang mengandung formalin, serta kue jipang, pacar cina untuk cendol, wajik dan kerupuk merah yang biasa digunakan untuk ketupat padang,”kata Sherly Ivonne Moningkey Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Tangerang.
Lanjut Sherly, makanan yang mengandung zat berbahaya itu diketahui setelah pemeriksaan oleh tim medis usai mengambil sampel makanan di Pasar Curug. Penggunaan zat Rhodamin B dan formalin tersebut dilakukan pegadang, untuk menghemat biaya produksi.
“Seperti penggunaan sedikit saja Rhodamin B warna makanan akan sangat terang, contohnya kerupuk warna merah. Sebab jika menggunakan zat pewarna makanan untuk mendapatkan warna cerah harus menggunakan banyak cairannya, sehingga harganya pun jadi mahal,”ungkapnya.
Menurut Sherly, solusi penanganan makanan berbahaya tidak bila dilakukan di hilir seperti penindakan. Sebab hal tersebut tidak akan merubah kondisi yang ada. “Sebab tahun kemarin saat sidak jelang lebaran juga kami temukan tahu dan mie berwarna kuning yang sudah tercampur formalin di Pasar Kelapa Dua. Jadi perlu penanganan di hulu seperti saat distribusi tahu tersebut ke pasar,”jelasnya.
Hasil pengamatannya, untuk distribusi Tahu biasanya menggunakan air yang sudah dicampur formalin. Air tersebut membuat tahu menjadi keras dan tidak mudah hancur saat distriusi ke sejumlah pasar atau warung-warung. “Seharusnya distirbutor tahu menggunakan lemari penyimpanan, tapi itu tidak dilakukan karena harganya mahal,”tandas Sherly. (aditya/*)
Komentar