IndonesiaBicara-Bengkulu, 31 Juli 2009. Pukul 9.30 wib di depan Masjid Jami’ dan RRI Kota Bengkulu, berlangsung aksi unjuk rasa mahasiswa BEM UNIB, BEM UMB dan BEM STAIN yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kota Bengkulu, dengan masa 100 orang, dipimpin oleh Sonny Taurus, Tajudin dan Lubis, dengan isu yang diangkat karena tidak ada respon dari Pemerintah Kota maupun Pemerintah Provinsi terhadap jalan yang rusak akibat dilewati oleh truk angkutan batubara.
Demo menggelar aksi dengan membentangkan spanduk dan pamplet yang bertuliskan antara lain “Gerakan rakyat pembebasan pajak untuk jalan”, “Beginilah hidup tanpa pemerintahan”, “Rakyat menjerit, jalan dibiarin saja, duitnya buat jajan”, “Pemerintah mestinya dikenalkan tuhan”, “Tanpa Government”, “Ini jalan pake aspal asli apa palsu”, “Pilkada itu tidak gratis, mana janjimu wahai penguasa”, “Pemerintah tidak aspiratif”, “Banyak ibu hamil keguguran ditengah jalan”, “Masyarakat-Mahasiswa membangun swadaya”.
Aksi unjuk rasa melakukan long march sambil berorasi dari Masjid Jami’ melewati Jalan Suprapto, depan Kantor Walikota, dan Berhenti di RRI Kota Bengkulu. Sonny Taurus, dalam orasinya mengatakan “Aksi ini adalah untuk memberitahukan kepada warga masyarakat kota Bengkulu bahwa mahasiswa mendukung dan peduli terhadap apa yang dirasakan warga kota Bengkulu, dimana jalan-jalan yang ada di dalam kota sudah banyak yang hancur akibat dilewati oleh truk angkutan batubara. Bukan hanya itu saja, dari utara hingga selatan semua jalan sudah rusak parah, dan ini dibuktikan dengan tingginya tingkat kecelakaan di jalan. Bagaimana investor mau masuk kalau jalan yang ada hancur dan tidak diperhatikan. Hari ini kami menyatakan tolak pemerintahan, dan nyatanya kita bisa hidup tanpa ada pemerintahan. Kami minta kepada DPRD untuk segera melakukan hak interpelasinya dan memberikan teguran terhadap aturan yang dibuat Pemda Kota dan Pemda Provinsi, juga menertibkan truk angkutan batubara yang lewat di tengah kota, dan jalan kelas II harus dibuat benar-benar kelas II”.
Tajudin, dalam orasinya mengatakan “Masyarakat jangan pernah takut, karena kami dari elemen mahasiswa terus mendukung perjuangan masyarakat atas jalan yang tidak diperhatikan. Walaupun kami hanya mayoritas kecil, namun kami akan membantu sepenuhnya. Mana yang lebih bagus, membangun jalan yang rusak atau membangun terowongan tempat wisata dan menghancurkan bangunan sejarah yang telah ada. Kami tidak ingin kota Bengkulu ini hancur hanya gara-gara Pemerintah Kota dan Provinsi tidak becus dalam bekerja dan hanya bisa senang-senang. Kita butuh jalan bagus untuk mengangkut hasil bumi dari petani, dan gara-gara jalan hancur pengiriman hasil bumi jadi terhambat. Aksi ini akan kami lanjutkan hingga 7 hari dari sekarang, supaya semua elemen yang ada di Provinsi Bengkulu tahu dan bisa merealisasikan perjuangan masyarakat Bengkulu. Kita tidak bisa menyalahkan truk angkutan batubara, mereka hanya pekerja yang diperintah oleh atasannya, semua ini karena jalur yang dilaluinya tidak jelas dan tidak ada perhatian dari Pemerintah Kota Bengkulu dan Pemerintah Provinsi Bengkulu. Kami juga meminta kepada DPRD agar truk angkutan batubara dibuatkan jalur yang sebenarnya dan pemerintah dengan segera harus memperbaiki jalan yang telah rusak”.
Sementara Lubis dalam orasinya mengatakan “Inilah kota Bengkulu yang katanya Kota Intelektual, namun kenyataannya tidak, sekarang kami tidak tahu lagi apakah ini kota Bengkulu yang sebenarnya ataukah kota koruptor. Padahal bantuan dari Pusat sebesar Rp. 800 miliar sudah ada ditangan Pemda Provinsi Bengkulu, namun tetap saja jalan yang ada dikota Bengkulu hancur dan tidak ada realisasi sedikitpun”.
Aksi ini akan dilanjutkan selama tujuh hari dari sekarang, dengan agenda 1 Agustus 2009 akan melakukan aksi di lokasi jalan yang rusak, menemui DPRD agar segala aspirasi warga segera direaliasikan.(Oddy)
Komentar