IndonesiaBicara.com-Bandarlampung, (11/02/12). Diperlukan peran aktif mahasiswa dalam memberikan pemahaman pluralistik di masyarakat agar tidak mudah terprovokasi sehingga terjadinya konflik di masyarakat dapat dihindari. Demikian kesimpulan diskusi mahasiswa bertema “Potensi Konflik di Lampung” yang digelar BEM U KBM Universitas Lampung pada sabtu (11/02) pagi di Graha Pena Radar Lampung.
Belasan peserta diskusi dari Aliansi Mahasiswa Lampung (AML) yang terdiri dari BEM U KBM Unila, BEM FMIPA Unila, LMND, Ikatan Mahasiswa (Ikama) Lampung Selatan, Ikama Lampung Timur, Ikama lampung Tengah dan Ikama Way Kanan, menyepakati bahwa mahasiswa harus terjun langsung ke masyarakat memberikan kesadaran psikologis agar masyarakat tidak mudah termakan isu SARA.
“Neo-Liberalisme dan Kapitalisme merupakan musuh bersama”, ujar aktivis LMND Nyoman Adi. Ia menambahkan, timbulnya pertentangan di masyarakat karena mereka belum mengetahui apa sebenarnya yang menjadi musuh bersama. Oleh karena itu organisasi mahasiswa akan mencoba mereduksi jarak dengan masyarakat dalam rangka memberi kesadaran masyarakat mengenai musuh bersama tersebut.
Sementara itu, Lekad Hadi dari BEM U KBM Unila mengatakan bahwa konflik sosial terjadi akibat adanya frame SARA dalam masyarakat Lampung, yang tidak jarang bermuara pada konflik kepentingan dua kubu dinasti politik di Lampung.
Peserta lainnya dari Ikama Way Kanan, Azzam mengemukakan bahwa mahasiswa perlu memberikan kesadaran psikologis mengenai persatuan dan kesatuan kepada anak-anak sejak remaja.
Aktivis Ikama Lampung Tengah, Rahmat menyoroti tanggung jawab pemerintah dalam berbagai konflik sosial.
“Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap konflik sosial yang terjadi di Lampung” ujarnya.
Diskusi internal AML sepakat akan menyelenggarakan kegiatan sosial masyarakat di Lampung Selatan untuk memberikan kesadaran persatuan dan kesatuan. (goes)
Komentar