IndonesiaBicara-Mataram, (28/10/10). Aksi unjuk rasa marathon yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Pertimbangan Organisasi (HMI MPO) Mataram yang dimulai dari simpang jalan Bank Indonesia Mataram, Gedung DPRD NTB dan di Kantor Gubernur NTB berlangsung ricuh saat para pengunjuk rasa beraksi di depan kantor Gubernur NTB.
Aksi yang terkait dengan rencana konversi minyak tanah ke elpiji tersebut mendapat hadangan dari pihak Kepolisian dan Satpol PP setelah pengunjuk rasa memaksa masuk ke dalam Kantor Gubernur untuk bertemu langsung dengan Gubernur NTB.
Dalam bentrokan tersebut sebanyak 4 orang mahasiswa sempat diamankan oleh pihak Kepolisian. Akan tetapi setelah dimintai keterangan lebih lanjut oleh petugas, mahasiswa tersebut akhirnya dibebaskan.
Para pengunjuk rasa dalam aksi kali ini menuntut pemerintah untuk menghentikan program konversi minyak tanah ke elpiji. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait dengan konversi minyak tanah ke elpiji telah membuat masyarakat terancam. Elpiji bukanlah barang yang layak digunakan untuk kebutuhan masyarakat, melainkan benda maut yang nantinya akan menimbulkan korban yang begitu tragis. Sejauh ini sebanyak 572 tabung ukuran 3 kg di beberapa daerah di Indonesia telah meledak dan mengakibatkan sejumlah korban jiwa dan bangunan.
I Made Slamet, Anggota Komisi II dari PDIP saat ditemui para pengunjuk rasa di Gedung DPRD NTB menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada koordinasi dari Pemerintah Pusat dengan DPRD NTB terkait konversi minyak tanah ke elpiji di Propinsi NTB.
Permasalahan konversi ini akan dibahas dalam rapat paripurna dengan Gubernur NTB tanggal 8 November mendatang dan I Made Slamet menyatakan akan mengundang HMI-MPO serta wartawan untuk turut serta menghadiri. (Ary)
Komentar