indonesiabicara.com-Bandar Lampung (13/10). Ir Kurnia Rauf (Kepala Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan/ TNBBS) menyatakan mengenai upaya penyelamatan satwa dan hutan lindung di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Kegiatan ini dilaksanakan berkaitan dengan desakan dari Pemerintah provinsi Lampung kepada Dinas Kehutanan, agar menjaga kerusakan lingkungan di TNBBS.
Saat ini, kawasan taman nasional yang dihuni oleh ratusan satwa dan tumbuhan langka dalam lindungan mulai terganggu habitatnya akibat adanya penembusan jalan lintas barat (jalinbar). Setidaknya berdasarkan data dinas kehutanan, terdapat satwa langka yang saat ini terganggu habitatnya oleh adanya penembusan jalan di kawasan TNBBS itu.
Pemprov Lampung melalui Dinas Kehuatanan tengah mengupayakan agar Pemerintah Pusat memperhatikan dampak psikologis akibat dibukanya jalinbar yang telah menimbulkan dampak terhadap terganggunya populasi satwa liar dan tumbuhan.
Dengan adanya pembukaan jalinbar itu disamping telah menyebabkan terputusnya jalur dan koridor satwa, juga telah menimbulkan rentangnya konflik satwa liar dengan manusia. Telah terjadinya perubahan perilaku dan perpindahan satwa yang mulai menjauh dari jalan tembus serta rentannya penyebaran penyakit terhadap satwa liar. Selain terancam oleh gangguan warga sekitar. Akibat adanya suara klakson dari mobil yang melintasi menyebabkan populasi mereka tidak mengalami penambahan.
Ada sekitar 40-43 ekor harimau, badak 60-80 ekor dan 49 ekor gajah liar, yang terpisah dari kawanannya akibat adanya pembelahan jalan TNBBS. Disamping itu, juga terdapat 512 tumbuhan kayu, 126 anggerk, 26 jenis rotan dan 15 jenis bambu dan flora langka yang terancam terganggu habitannya akibat ulah masyarakat sekitar yang memaksa melakukan penanaman kopi ataupun coklat di kawasan TNBBS.
Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Berharap Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Pusat melakukan upaya rekonstruksi ruas jalan untuk memberikan akses pelintasan satwa. Dan adanya kesepakatan bagi pengguna jalan untuk memberikan kesempatan satwa menggunakan 2 bagian habitat yang terpisai, selain adanya kerjasama pengelola jalan secara berkolaborasi.
Diperlukan sebuah pedoman dalam pengembangan dan manajemen jalan dalam kawasan konserfasi dalam hal ini TNBBS untuk mengurangi dampak jalantimpalnya. Menyarankan bahwa cara yang dapat ditempuh melalui pembuatan jembatan penyeberangan satwa, canopy crossing, underpass, zebracross dan manajemen jalan yang baik. (deny/rz)
Beritanya bagus, peduli lingkungan.. salut untuk penulis dan Indonesia Bicara yang juga concern dengan pelestarian lingkungan