Jakarta – Provinsi Sultra berada di urutan keempat nasional ketidaklulusan siswa SMA/SMK pada Ujian Nasional (UN) tahun ajaran ini. Berdasarkan data Kemdiknas yang diterima, jumlah siswa/siswi di Provinsi Sultra yang tidak lulus sebesar 35,8 persen, dari total siswa yang mengikuti ujian nasional di Sultra.
Tiga provinsi yang menempati urutan tiga besar persentase angka ketidaklulusan siswanya, Provinsi Nusa Tenggara Timur berada diurutan teratas 52,08 persen, disusul Maluku Utara 41,16 persen, Gorontalo 46,22 persen dan Sulawesi Tenggara 35,8 persen.
Sementara dua provinsi di bawah Sultra yang angka ketidaklulusan siswanya relatif besar yakni Kalimantan Timur 30 persen, dan Kalimantan Tengah 29 persen.
Lantas siapakah yang perlu disalahkan dari besarnya jumlah siswa/siswi yang tidak lulus dalam tahun ajaran ini?
Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh mengatakan, ketidaklulusan UN pada tahun ini tertinggi umumnya terjadi di kawasan timur Indonesia. Dengan tingkat kelulusan tahun ini anjlok, hanya mencapai 89,88 persen dibandingkan tahun lalu yang mampu mencapai 93,4 persen.
Dari total peserta yang mengikuti UN SMA/MA tahun ini sebanyak 1.522.162 orang, siswa/siswi yang tidak lulus berjumlah 154.079 atau 10,12 persen.
Mendiknas mengklaim jika angka ketidaklulusan siswa yang begitu besar tahun ini disebabkan karena tingkat kejujuran yang semakin tinggi. “Ketatnya pengawasan mempengaruhi tingkat ketidaklulusan siswa tahun ini,” ungkapnya
Kebijakan yang cukup ketat dalam pengawasan dengan melibatkan perguruan tinggi sebagai pengawas independen, termasuk menyepakati fakta kejujuran dengan semua kepala dinas pendidikan provinsi, sangat mempengaruhi kelulusan siswa.
“Analisis yang dilakukan atas faktor menurunnya tingkat kelulusan, didapatkan karena pengawasan yang lebih ketat. Namun, bukan berarti dulu tidak diawasi,” ungkapnya.
Untuk itu, guna mengantisipasi kekecewaan terhadap banyaknya siswa yang tidak lulus, Mendiknas menyampaikan agar siswa yang tidak lulus berhak mengikuti ujian ulangan yang akan diselenggarakan pada 10-14 Mei 2010 mendatang.
“Semua sekolah yang ada muridnya tidak lulus, diminta segera melakukan pengulangan mata pelajaran yang akan diuji kembali,” jelasnya.
Kendati angka ketidaklulusan meningkat, namun nilai rata-rata kelulusan tahun 2010 justru meningkat dari tahun lalu. Pada kelulusan 2009, nilai rata-rata SMA dan MA 7,25, tahun ini naik menjadi 7,29.
Mendiknas sendiri menjanjikan akan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sekolah-sekolah yang siswanya tidak lulus. “Kami sedang memetakan mata pelajaran apa, sekolah mana yang mengalami masalah ketidaklulusan. Tahun ini akan ada intervensi kebijakan untuk penguatan terhadap sekolah yang tidak lulus, mulai dari guru, fasilitas, buku,” kata Nuh.
Guna menjaga agar tidak terjadi kegoncangan psikologis siswa, Mendiknas meminta sekolah mengaktifkan layanan psikologis atau konseling. Termasuk Perguruan Tinggi yang memiliki jurusan psikologi, diharapkan ikut terlibat memberi layanan konseling terhadap siswa yang tidak lulus. (*)
Komentar