IndonesiaBicara - Jurnalisme Independen Rakyat Indonesia

Si Jago Merah Kembali Beraksi di Kota Bengkulu

IndonesiaBicara-Bengkulu, 5 Agustus 2009. Kembali si jago merah beraksi di dalam kota, sekitar pukul 19.30 WIB rumah dinas di perumahan guru SDN 58 yang ditunggu Titin (30) (Anaknya) mengalami gangguan mental. Rumah nyaris tidak tersisa, akan tetapi beruntung dalam waktu 20 menit tim PBK Kota berhasil menaklukan api.

Kronologisnya, menurut, tetangga korban Apriyani, saat itu dirinya tengah mencuci piring, tak lama setelah Adzan Isya berkumandang. Ia mengetahui rumah Titin terbakar dari adiknya yang berteriak ada api yang berkobar di rumah sebelah. Sontak ia pun terkejut, dengan dibantu warga lainnya, barang-barang di rumah Apriyani seluruhnya dikeluarkan. Tapi api tak sempat menjalar ke rumah Apriyani. Selain rumah Apriyani, ada 2 rumah dinas guru lainnya yang ada disana.
“Setahu saya dia memang lagi menghidupkan kompor. Tapi saya tidak tahu persis gimana persis kejadiannya. Tahu-tahu saya dengar adik saya teriak ada kebakaran,” tutur Apriyani yang masih nampak shock, sambil mengelap bulir air mata yang meleleh dipipinya.

Suasana makin mencekam ketika sekitar pukul 20.00 WIB saat listrik di kawasan tersebut mendadak padam. Situasi di gang sempit itu gelap gulita. Sebagian warga nampak sibuk membantu tim PBK. Mulai dari Ketua RT, RW sampai Lurah Nusa Indah Fadilah ada di lokasi kejadian.

Sebagian lainnya menonton upaya PBK memadamkan api. Kondisi Titin sendiri, si pemilik rumah, sama sekali tak mengalami cedera. Tak sedikitpun ada raut sedih atau kehilangan dari wajah Titin yang diketahui belum menikah.

Malah ketika warga ingin menyelamatkan dan berupaya membawa dan menjauhkannya dari rumah, Titin marah. Ia malah menuduh warga ingin mencuri barang-barang yang ada di rumahnya. “Ini rumah, rumah saya kok. Ngapain kalian kesini. Mau mencuri ya,” cerita seorang warga menirukan yang diucapkan Titin.

Lebih aneh lagi, ketika api berhasil dipadamkan Titin malah berniat ingin masuk ke dalam rumah, lewat pintu samping. Khawatir Titin terkena timpa kayu yang lapuk sehabis terbakar atau terkena pecahan kaca, warga berupaya membujuk Titin. Itu tidak mudah karena Titin bersikeras akan tetap tinggal di rumahnya.

“Dengarkan saya ya. Bukan saya yang membakar rumah. Saya sedang pergi keluar waktu apinya membakar rumah. Pintunya saya gembok kok. Bapak tahu gembok kan. Ini kuncinya ada sama saya. Periksa saja pintunya,” ucap Titin pada sejumlah warga yang membujuknya untuk keluar dari rumah.

Sebanyak 8 unit mobil brandwire dan 96 personel diturunkan. “Mengingat kawasan ini adalah kawasan padat penduduk, kami bergerak cepat,” kata Yuliansyah.

Saat tiba di lokasi, Yuliansyah menyaksikan api sudah membesar dari bagian kamar dan dapur. Yuliansyah menduga ada faktor kesengajaan. “Pas kami datang apinya dari bawah. Kasur di kamar sudah terbakar. Kalau mendengar informasi dari warga yang menyebutkan pemilik rumah mengalami gangguan jiwa, bisa jadi disengaja,” kata Yuliansyah.

Kepala SDN 58, Sahara, S. Pd mengatakan, rumah tersebut adalah rumah dinas yang ditempati Almarhumah Arsila. Dulunya Arsila adalah salah satu guru di SDN 58. SetelahA rsila meninggal, rumah tersebut ditempati suaminya, Syarif Handoko dan anak-anaknya.

Karena anaknya yang lain pindah ke luar kota, tinggallah Titin menempati rumah tersebut. Syarif Handoko sendiri kini mengalami stroke dan tinggal di tempat anaknya yang lain. “Sebelumnya kami sudah pernah melapor ke Dinas Diknas, kalau yang menempati rumah itu sakit. Tapi tak ada tanggapan. Lantas karena rumah itu sebelumnya sudah bertahun-tahun ditempati Bu De (panggilan Arsila), kami juga jadi tak enak. Jadi dibiarkan saja,” ujar Sahara.

Beruntung dalam kejadian tersebut, dua tabung gas yang berada di dalam rumah tidak meledak, dan langsung diamankan petugas PBK. Pemadaman mengalami hambatan, pasalnya mobil PBK tak bisa menuju ke lokasi kebakaran, karena jalan yang sempit. Setelah berjuang memadamkan api, sekitar pukul 20.45 WIB barulah api padam. Sampai saat ini belum diketahui penyebab kebakaran, namun lokasi sudah dipasangi garis polisi.

Saat petugas PBK sedang memeriksa untuk memastikan api yang telah padam, Titin yang melihat tindakan petugas tersebut langsung berceloteh,”Ngapain kamu? Nanti kamu curi barang saya,” kontan saja mendengar ungkapan Titin, warga pun langsung menjauh dari lokasi. Namun tetap saja ia tak mau. “Kalau mau masuk silahkan saja, asalkan jangan ambil barang saya,” selorohnya.

Menurut keterangan beberapa warga sekitar, Titin di ketahui mengalami gangguan kejiwaan, hal tersebut dilaminya sejak ibunya Arsila meninggal setahun yang lalu, sehingga Titin tinggal sendirian di rumahnya, sedangkan keluarganya yang lain tinggal di Jawa dan di Lingkar Barat.

Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, warga pun dan petugas kepolisian pun berniat membawa Titin ke RS Soeprapto di Lingkar Barat. Namun butuh waktu lama untuk membujuk Titin. Titin bercerita, saat rumahnya terbakar, ia sempat melempar bakso ke arah orang yang menurutnya berada dalam rumah saat kebakaran terjadi.

“Aku tadi beli bakso, tapi waktu pulang rumahku udah kebakar, aku tidak mau dibilang gila, aku mau cari bakso aku tadi, yang ku lempar sama setan-setan,” ungkap Titin. Warga pun terpaksa menuruti keinginan Titin dan mencari bakso yang dilempar tersebut.

Tak ingin buang waktu lama, akhirnya pihak keluarga datang dan langsung membujuk Titin. Akhirnya sekitar pukul 21.05 WIB, Titin pun berhasil di bawa ke RS Soeprapto dengan menggunakan mobil tim Identifikasi Polres Bengkulu. (Indo Berita) (Irn)

Tinggalkan Balasan

 

 

 

Anda dapat menggunakan penanda HTML berikut

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

What is 10 + 3 ?
Please leave these two fields as-is:
PENTING! Untuk melanjutkan Anda harus menjawab pertanyan di atas.