IndonesiaBicara.com-Tangerang Selatan, (22/01/10). Gejala ekstrimisme dan kekerasan beragama di Indonesia telah menimbulkan keprihatinan bersama, dalam satu dasawarsa terakhir, beberapa tragedi kemanusiaan yang memilukan berlangsung silih berganti. Serentetan peristiwa kerusuhan sosial (riots) itu telah membukakan mata semua orang tentang apa yang sedang terjadi di negara yang dulunya dikenal damai dan tenang ini.
Hal ini terungkap dalam seminar yang diselenggarakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat bekerja sama dengan Arus Damai dan Simply Islam, Jum’at (22/01).
Seminar yang mengambil tempat di Auditorium Utama lantai 2 Syahida Inn Cirendeu Ciputat ini mengangkat tema Unity In Diversity (Bersatu dalam Keragaman), dengan menghadirkan pembicara diantaranya Syaikh Sa’ad Al Attas (Kanada), Syaikh Ahmed Tijani Ben Omar (Ghana) dan Zuhairi Misrawi (Indonesia).
Menurut salah satu panitia, Sultan, tujuan diadakannya seminar ini adalah agar generasi muda dapat menghadirkan sebuah pemahaman agama yang mendalam, menebarkan kasih sayang, melayani masyarakat dan memperkuat partisipasi masyarakat dalam mewujudkan nilai-nilai Islam untuk menghadapi tantangan ideologi ekstrim keagamaan yang mendukung sikap kekerasan melawan peradaban kemanusiaan. “Saat ini Islam dianggap sebagai teroris, untuk itu perlu diluruskan bahwa sebenarnya Islam adalah Agama damai,” jelas Sultan.
Dalam Seminar tersebut dibuat nota kesepakatan bersama yang diprakasai oleh PMII Cabang Ciputat dan Arus Damai dan Simply Islam, nota kesepakatan tersebut berisi: Menolak segala bentuk aksi kekerasan, ekstrimisme dan terorisme. Berkomitmen untuk menebarkan kasih sayang, melayani masyarakat dan menaruh kepedulian pada keadilan sosial sebagai perwujudan nilai-nilai Islam. Mengajak dan memberi inspirasi kepada generasi muda untuk menjadi agent of change bagi terwujudnya perdamaian dan melakukan perubahan positif dalam lingkungan masyarakatnya. (rintho)
Komentar