IndonesiaBicara.com-Tangerang Selatan, (08/07/10). Sedikitnya 27 OKP yang tergabung dalam Pemuda Integritas Tangerang Selatan (PITA Selatan) antara lain Gerakan Pemuda Ansor, Gerakan Pemuda Al-Wasliyah, Pelajar Islam Indonesia (PPI), Generasi Muda Buddhis, Pemuda Katolik, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) dan beberapa OKP lainnya mulai melakukan penjaringan.
Dewan Penasehat PITA Selatan Lieus Sungkharisma mengungkapkan, penjaringan calon walikota Tangsel jalur independen dilakukan dengan cara setiap perwakilan pemuda mengusung satu calon di masing-masing 7 kecamatan di Kota Tangsel. “Kita menyerap aspirasi dari bawah siapa yang pantas untuk memimpin Kota Tangsel. Jadi, masing-masing kecamatan satu calon sehingga akan ada 7 calon yang akan kita saring kembali,” kata Lieus usai peluncuran program Jaring Aspirasi Tangerang Selatan (JATS) 2010 PITA Selatan di Gedung Multi Culture Society, Jalan Bintaro Raya, Sektor 9, Pondok Aren, Kamis (08/07).
Dikatakannya, untuk penjaringan tersebut ke tujuh calon yang diusung nantinya, akan melalui tahapan uji kelayakan dan kepatutan yang di tes oleh 4 orang panelis dan 54 juri sehingga hanya tersisa dua orang kandidat. “Tim pengujinya berasal dari tokoh nasional seperti pengamat politik Imam Prasodjo, J Kristiadi dari CSIS, Koordinator Kontras Usman Hamid dan praktisi hukum Marissa Haque. Sedangkan jurinya adalah tokoh pemuda dari 54 kelurahan yang ada di Kota Tangsel,” ucapnya.
Sambil melakukan penjaringan, PITA Selatan juga melakukan pengumpulan KTP dari warga sebagai bukti dukungan terhadap calon independen yang akan diusung. “Calon yang diusung memang belum ada, tapi kita tetap mengumpulkan KTP sambil melakukan survei ke warga calon yang dinilai mewakili aspirasi warga. Yang jelas, tanggal 15 Agustus harus sudah ada calonnya untuk didaftarkan ke KPU Kota Tangsel dengan membawa bukti dukungan,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekjen PITA Selatan, Alfian Mujahidin menjelaskan bahwa program JATS 2010 ini bertujuan untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat agar memilih calon walikota dan wakil walikota tidak berdasarkan politik uang dan janji-janji manis. “Karena itu kita mengusung calon independen dan bukan berasal dari parpol. Karena berdasarkan survei di sebuah media massa nasional, 62 persen masyarakat Indonesia apatis terhadap parpol,” tandasnya. (rintho)
Komentar