IndonesiaBicara-Amlapura (08/02/11). Kelestarian lingkungan hidup di Karangasem terus menjadi perhatian khusus Bupati I Wayan Geredeg. Saat ini beberapa upaya terobosan telah dilakukan untuk dapat terus melestarikan kelestarian lingkungan hidup termasuk pengembangan program energi biogas berbasis sampah organik.
Guna menjaga kelestarian lingkungan hidup, Bupati Karangasem I Wayan Geredeg meminta unit teknis terkait menggenjot konsentrasi terhadap persiapan tiga lomba strategis yakni Lomba Adipura, Adiwiyata dan Wahana Tata Nugraha serta mengembangkan energi biogas berbasis sampah organik sebagai upaya pengendalian dan pemilahan sampah.
Hal tersebut diutarakan Bupati Geredeg kemarin, (07/02) pada saat apel kerja bersama di Lapangan Tanah Aron Amlapura. Dikatakannya, tahun ini lomba-lomba tersebut bakal dilaksanakan jauh lebih ketat, seperti Adipura hanya akan menelorkan maksimal 6 nominasi juara dari semua katagori kota se-Indonesia. Jika memang mampu keluar sebagai juara dipastikan merupakan prestasi luar biasa untuk layak menyandang predikat bergengsi dalam lomba tersebut. Kriteria untuk penilaian saat ini akan ditambah pada unsur pencemaran udara, sungai serta partisipasi masyarakat yang merupakan bagian penting dalam penilaian.
Menyoroti masalah lingkungan hidup, Bupati Geredeg mengharap pola penanganan lingkungan melalui penghijauan diarahkan pada pemanfaatan pohon multi guna seperti pohon gamelina dimana selain pohonnya cepat besar, nilai ekonomisnya tinggi dan daunnya bisa menjadi pakan ternak. Disamping itu untuk konsep pemilahan sampah disarankan agar segera menggalakkan program energi berbasis sampah organik secara swadaya, dengan membuat percontohan untuk warga perkotaan. Geredeg mengharapkan Karangasem bisa menjadi contoh untuk penerapan teknologi satu-satunya di Indonesia yang diadopsi dari India.
Karangasem telah mulai mengembangkannya bioas dimotori oleh LSM Kalimajari bekerjasama dengan Institut For Global Justice (IGJ) dan ahli biogas Deepak D Ghindwani dari India yang telah mengembangkan dan merintis program kemandirian energi berbasis sampah organik khususnya pada skala rumah tangga di Desa Sibetan.
Tujuan program tersebut adalah menciptakan kemandirian energi rumah tangga dan meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus memberdayakan masyarakat dalam pembelajaran positif memanfaatkan energi alternatif mandiri berbahan baku sampah organik di rumah tangga. Secara teknis, input sampah organik sebanyak 1-2 kg/hari ke dalam instalasi biogas yang mengandung karbohidrat tinggi.
Pengalaman memproses sampah tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat seperti pengolahan sampah menjadi gas, memperbaiki perilaku penanganan sampah, mengurangi pengeluaran bahan bakar, mengurangi ketergantungan terhadap gas, minyak tanah dan kayu bakar serta membangun kerjasama dalam penanganan biogas terlebih lagi yaitu, mengenalkan teknologi baru dengan penanganan langsung oleh masyarakat.
Program kerjasama LSM Kalimajari, Institut For Global Justice (IGJ) dan ahli biogas Deepak D Ghindwani, nantinya akan dilanjutkan di tingkat kecamatan sebanyak 6 unit melalui pendanaan APBD, selain itu juga ada program bedah rumah yang terpadu dengan pengendalian sampah melalui program energi biogas.
Sampah sebagai bagian penting masalah yang harus dikendalikan, Karangasem sudah 4 tahun berhasil menjalankan memerangi dan pengendalian sampah plastik, sebagai wujud melestsarikan lingkungan. Bahkan di beberapa desa seperti Desa Sibetan telah menyusun awig-awig untuk melarang masyarakat meracun ikan di sungai dan higga kini belum ada masyarakat terkena sanksi, ini menunjukkan kesadaran masyarakat sudah tumbuh baik. (Din)
Komentar