IndonesiaBicara-Palangka Raya, 18/08/09. Seringnya terjadi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalimantan akhir-akhir ini mengundang rasa ingin tahu Indonesia Bicara untuk mengenal lebih dekat Unit Pemadam Kebakaran (Damkar) Palangka Raya. Ditemui di kantornya Jl. Diponegoro, Kota Palangka Raya, Kepala UPTD Pemadam Kebakaran Palangka Raya, Wawan Berlison mengatakan bahwa sebenarnya, tupoksi UPTD Pemadam Kebakaran adalah menangani kebakaran yang terjadi di pemukiman dan membantu penanganan kebakaran lahan yang sudah mendekati pemukiman.
Satuan yang berfungsi khusus untuk memadamkan kebakaran lahan adalah satuan-satuan dari Departemen Kehutanan, Manggala Agni, Tim Serbu Api Kelurahan (TSAK) dan Badan Lingkungan Hidup. Namun, satuan-satuan tersebut kurang dikenal masyarakat dan personelnya tidak stand by 24 Jam sehingga unit Damkar yang sering dihubungi untuk memadamkan kebakaran lahan.
Wawan menyesalkan hal tersebut karena sangat berbahaya terkait ketersediaan sarana dan personel apabila terjadi kebakaran pemukiman yang harus segera ditangani disaat kekuatan personel sedang dikerahkan untuk memadamkan kebakaran lahan. “Kebakaran lahan kan masih bisa menunggu (dipadamkan), sedangkan kalau kebakaran perumahan kan memerlukan penanganan yang cepat karena terkait harta dan nyawa,” ujarnya sambil bercanda.
Wawan menjelaskan bahwa jumlah personel unit Damkar ada sebanyak 30 orang yang terbagi dalam tiga regu dengan empat buah mobil pemadam yang dua diantaranya sudah berumur lebih dari 20 tahun. Menurutnya, jumlah tersebut tidak cukup untuk menangani wilayah seluas Palangka Raya karena idealnya, 1 pos sektor menangani wilayah seluas 2,5 – 3,5 km persegi atau 1 mobil pemadam dan 25 personel pemadam kebakaran menangani 10.000 penduduk.
Tantangan bagi unit Damkar Palangka Raya juga semakin besar dengan semakin banyaknya bangunan bertingkat yang cukup tinggi di Palangka Raya. Wawan mengungkapkan kekhawatirannya mengenai keterbatasan peralatan yang ada karena sampai kini unitnya belum memiliki mobil pemadam yang dilengkapi dengan tangga untuk melakukan penyelamatan dan pemadaman api di lantai-lantai bangunan yang cukup tinggi. Jadi, apabila terjadi kebakaran misalnya di lantai 8 Hotel Aquarius, akan sangat sulit untuk menanganinya.
Bagi masyarakat, Wawan menghimbau agar mendukung pekerjaan mereka apabila terjadi kebakaran. “Membantu tidak harus dengan ikut memegang selang untuk menyemprotkan air, tetapi bisa juga dengan mengamankan barang-barang warga yang telah dievakuasi, atau memberikan jalan agar unit Damkar dapat dengan cepat mencapai lokasi,” kata Wawan yang mengaku pernah mengalami musibah kebakaran sampai dua kali.
Komentar