IndonesiaBicara.com-Tangerang Selatan, (30/05/12). Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Pemkot Tangerang Selatan (Tangsel) dari BPK-RI Perwakilan Banten terhadap Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2011 jangan dicitrakan secara berlebihan. Demikian dikatakan Wakil Koordinator Tangerang Public Transparancy Watch (Truth) Suhendar.
Menurut Suhendar, WTP atas Laporan Keuangan Pemkot Tangsel tahun 2011, yang diberikan oleh BPK-RI perwakilan Banten merupakan opini atas penyajian laporan keuangan secara formal yang telah memenuhi kaidah, namun secara substansial WTP tidak mencerminkan atas pengelolaan keuangan yang sudah baik.
“Dengan opini WTP tidak menjamin bebas indikasi korupsi, hal ini juga dikatakan oleh I Nyoman Wara (Kepala BPK-RI Perwakilan Banten-red), dimana BPK-RI masih melihat adanya temuan-temuan. Diantaranya adalah kelemahan dalam administrasi, pengelolaan aset daerah, penatausahaan persediaan yang belum tertib, pengelolaan pajak restribusi belum memadai dan verifikasi atas belanja yang belum optimal”, kata Suhendar.
Lebih lanjut Suhendar mengatakan, selain hal tersebut BPK menemukan permasalahan ketidakpatuhan terhadap undang-undang yang berlaku. “Ketidakpatuhan terhadap undang-undang bisa terindikasi menimbulkan kerugian negara”, jelasnya.
Pemkot Tangsel, menurut Suhendar haruslah menyempurnakan administrasi pengelolaan aset dan memberikan sanksi kepada pihak yang terkait dengan masalah tersebut sesuai ketentuan yang berlaku serta memberikan pembinaan kepada pelaksana yang lalai agar bisa memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada.
“Menurut saya Pemkot Tangsel dan DPRD Kota Tangsel agar tidak berlebihan dalam mencitrakan opini WTP kepada masyarakat Tangsel, karena WTP tidak menjamin Pemkot Tangsel bebas penyalahgunaan anggaran”, terangnya
BPK-RI Perwakilan Banten memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2011 kepada Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kab. Tangerang dan Kab. Serang. Kota Tangsel sendiri sudah dua kali berturut-turut menerima opini WTP sejak tahun 2010. (rintho).
Komentar