IndonesiaBicara.com–Pekanbaru, (14/09/11). Sekitar 5 jam Jalan Jenderal Sudirman diblokir pengunjuk rasa dari tiga kelompok dengan dua tuntutan berbeda pada Rabu (14/09) di depan Kantor Walikota Pekanbaru. Unjuk rasa yang dimulai pada pukul 10.00 WIB baru berakhir pukul 15.40 WIB.
Massa yang berjumlah total seribu tersebut bertahan hingga pukul 14.00 WIB di depan kantor Walikota Pekanbaru. Menjelang pukul 15.00 WIB massa dari Koalisi Masyarakat Pekanbaru Bersatu (KMPB) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) mendesak massa berbendera Golkar yang berasal dari koalisi pendukung pasangan Septina Primawati-Erizal Muluk dan bergerak menuju kantor Gubernur Riau.
Massa dari KMPB dan KAMMI menuntut digelarnya Pemungutan Suara Ulang (PSU) dalam waktu secepatnya dan mundurnya Syamsurizal sebagai Pejabat walikota Pekanbaru karena dianggap gagal melaksanakan tugasnya menyelenggarakan PSU. Sementara massa berbendera Golkar menuntut perbaikan DPT sebelum dilaksanakannya PSU.
Suasana sempat memanas, saat kedua kelompok massa beda jumlah tersebut saling mengejek. Bambang Aswandi (orator dari PRD) mengatakan bahwa mereka menginginkan Syamsurizal turun dari jabatannya sebagai Pejabat walikota dan massa dengan bendera Golkar massa bayaran, yang tunduk pada kemauan penguasa di Pekanbaru dan Riau.
“Massa di sebelah adalah massa bayaran yang tidak percaya dengan parlemennya sendiri dengan membuat parlemen jalanan di depan Kantor Walikota,” ujar Muhammad Aderman (orator dari KAMMI).
Massa kemudian melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di Jalan Sudirman. Massa kemudian membakar enam ban bekas di jalan Sudirman. Massa membagikan selebaran yang berisi berbagai kejanggalan diundurnya PSU, dan tuntutan massa, yaitu MK harus bersikap tegas, jika PSU tidak dilakukan pada 14 September, maka pemenang dalam Pemilukada 18 Mei 2011 harus dilantik.
Jika MK ikut dalam skenario politik dengan menyetujui penundaan PSU, maka massa menyatakan mosi tidak percaya terhadap MK, melakukan pembangkangan massal dengan tidak membayar pajak, dan akan menggulingkan Gubernur Riau dan Pejabat Walikota Pekanbaru Syamsurizal.
Kemudian terjadi pemukulan terhadap salah satu wartawan Metro TV yang bernama Fitra Asrirama. Pemukulan terjadi karena Fitra menaiki mobil pengunjuk rasa karena ingin mengambil gambar aksi dan meminta beberapa orang menyingkir karena menghalanginya mengambi gambar, namun massa yang melihat Fitra mengambil gambar tanpa mengenakan kartu wartawan mencurigai Fitra sebagai provokator, kemudian massa memukul Fitra. Keadaan kembali mendingin setelah semua wartawan yang meliput aksi ini mengambil jarak dari pengunjuk rasa dan memakai kartu pers mereka.
Massa kemudian melanjutkan aksi dan berusaha mendekati Kantor Gubernur Riau. Setelah bernegosiasi dengan pihak Kepolisian dan menunggu massa dari Golkar menyingkir, massa KMPB dan KAMMI kemudian diijinkan berjalan mendekati Kantor Gubernur Riau. Namun di Tugu Pesawat di persimpangan Jl Sudirman dan Gajah Mada, massa dihentikan dan diarahkan untuk ke Jl Gajah Mada.
Massa sempat memanas karena kecewa karena Polisi yang dianggap tidak netral dengan mengijinkan massa dari Golkar berorasi di depan kantor Gubernur, sementara massa dari KAMMI dan KMPB tidak diperbolehkan.
Pihak kepolisian beralasan bahwa ijin yang diberikan untuk massa berunjuk rasa hanya sampai pukul 15.00 WIB, dan pada saat itu waktu telah menunjukkan pukul 15.10 WIB. Massa kemudian membubarkan diri di depan kantor Walikota. (MM)
Komentar