IndonesiaBicara-Jakarta, 19 Juni 2009. Rizal Ramli kembali melontarkan berbagai kritik terhadap pemerintah dalam Diskusi dan Konferensi Pers Neoliberalisme, Utang dan Konstitusi: Ekonomi Politik Dalam Ketegangan, yang diselenggarakan oleh Forum Intelijensia Bebas, PSIK Univesitas Paramadina dan Freedom Institute di LBH Jakarta pada Jum’at, 19 Juni 2009, pukul 19.00 s/d 20.30 WIB. Berikut berbagai cuplikan pernyataan yang dilontarkan oleh Rizal Ramli dalam Diskusi tersebut:
- Rakyat itu sekarang sudah paham apa itu neoliberal, yang jadi masalah sekarang adalah ada dari pasangan itu yang neoliberal tapi bohong, tidak mengakui kalau kebijakan yang sudah pernah dibuatnya adalah kebijakan neoliberal, contohnya:
- UU BHP: pendidikan dikelola seperti perusahaan, ini membuat rakyat miskin tidak mampu masuk sekolah, padahal pendidikan adalah satu-satunya tangga untuk naik kelas sosial. Kemarin capres itu bilang akan meningkatkan akses pendidikan tapi malah menerapkan UU BHP, sudah ngomong begitu tapi capres lawannya yang disampingnya tidak ada yang menyangkalnya.
- Kesehatan, saat ini walaupun rumah sakit itu milik pemerintah, kalau kita masuk harus bayar dulu.
- UU penanaman modal asing membuat perusahaan asing masuk bebas ke Indonesia, orang dibikin nganggur, ini kan namanya memiskinkan orang, saya heran kenapa PKS sebagai partai Islam malah mendukung partai neoliberal.
- Dulu saat saya menjadi menko, IMF memberikan syarat dalam mencairkan hutang-hutang Indonesia, salah satunya adalah dapat mendirikan supermarket-supermarket di seluruh Indonesia, itu saya coret, dari 160 syarat yang diminta saya berhasil mencoretnya sebanyak 80, setelah rezim yang baru malah muncul kembali itu semua.
- Negara-negara penganut neoliberal di dunia ini itu cuma Indonesia, Philipina dan Amerika Latin, kita dapat melihat mereka makin miskin karena makin terlilit utang, Indonesia dan Philipina itu Cuma pengekspor TKI, bahkan kemarin TKI yang sudah disiksa di luar negeri itu katanya malah pingin kembali kerja di luar negeri, karena di Indonesia itu lebih horror daripada di luar negeri dimana dia disiksa, sampai kepalanya direbus aja dia bilang Indonesia lebih horror, karena di sini anda akan jadi pengangguran, kemudian miskin dan mati pelan-pelan.
- Kasus di Amerika Latin itu sekarang sudah agak mereda setelah dipilih presiden yang tidak neoliberal, karena neoliberal itu menyengsarakan.
- Kalau kita hutang, negara barat itu mintanya UU, contohnya pada tahun 2002 saat IMF ingin meminjamkan uang, IMF minta agar dibuatkan UU privatisasi BUMN, jadi kalau tidak punya uang BUMN bisa dijual, saat itu menkeunya Boediono, kalo Mega mana ngerti sih. UU migas, bagaimana industry hulu sampai hilir bisa dikuasai asing, sampai pom bensin asing pun bisa masuk dan beroperasi di jalan-jalan Indonesia, soal gas Indonesia hanya berhak menggunakan 25% dari produksinya, sisanya diekspor, akhirnya perusahaan pupuk di aceh jadi kurang pasokan gas.
- Ekonom neoliberal seperti Chatib Basri, Faisal Basri, Muhamad Ikhsan juga tidak akan percaya pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih dari 7%, karena pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti tersandera.
- BLBI itu juga dari utang, itu yang tanda tangan Boediono.
- Sebenanya otaknya sederhana, kalau menyelesaikan masalah itu ya dengan hutang atau dengan jual sesuatu, mental Bosiono, Srimulyani, Chatib Basri, faisal Basri itu mental anak kos-kosan.
- Sebenarnya ada 3 jalan pengurangan hutang yang bisa didapat pemerintah Indonesia:
- Melalui perubahan ideology dari otoriter ke demokrasi, ini bisa dimintakan pengurangan hutang kalau Indonesia mau, tapi tidak dimanfaatkan oleh Indonesia.
- Kontribusi Indonesia dalam melawan teroris, dalam hal ini Musyaraf saja bisa melakukan negosiasi pada Obama sebagai reward melawan teroris adalah mengurangi hutang-hutangnya pada Amerika, ini juga tidak dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
- Bencana Tsunami, saat bencana itu disiarkan banyak oleh media internasional, Indonesia harusnya berpeluang mendapatkan pengurangan hutang dari negara-negara barat, tapi itupun juga tidak dilakukan oleh Indonesia.
- Yang lebih gila lagi adalah masuknya kriteria santun sebagai kriteria utama dalam kepemimpinan, ini ngawur. Soeharto itu rajanya sopan, tapi berapa yang dia bantai dulu? Mafia itu santun, kalau mau bunuh orang dirangkul dulu, diajak bicara manis dulu. Sekarang apa pemimpin yang mampu buat perubahan di negaranya itu santun? Mahathir dari Malaysia itu santun? Lee kuan yew itu santun? Tidak. Pemimpin hebat itu Ali Sadikin, dia yang banyak bangun di Jakarta, apa dia santun? Tidak. Ini gila namanya. Di Indonesia daerah-daerah yang santun itu justru pusat feodalisme.
- Saya itu menyesal buang-buang waktu melihat debat capres kemarin, itu ecek-ecek, kayak misalnya membahas lapindo. Masak ada capres yang mau mereview, itu kan sudah 3 tahun, kan bisa asset pengusaha yang terlibat disita dulu, lalu dijual, kalau sisa ya dikembalikan ke pengusahanya.
- Menurut saya kesalahan dalam debat itu adalah kesalahan format debat yang dibuat, itu yang belum betul-betul mantap, pemilih golput di Indonesia itu kan masih tinggi, itu dijadikan acuan mereka dalam memilih saat pemilu nanti, tidak ada pencerahan sama sekali dalam debat kemarin, alutsista, TKI, lapindo, semua tidak ada pencerahan. (Rizki)
Terus kritis bung Rizal…………..negara ini bukan hanya Neolib………tapi sudah LIBERAL beneran…….masak rakyat tidak dibela negaranya………..pemerintah cuma kacung orang asing………….