IndonesiaBicara-Lombok Utara, (02/04/11). Bertempat di Desa Adat Pengotan Kabupaten Bangli-Bali, tepatnya di Bali Woso sebuah pelosok Desa Adat Pengotan, para lembaga donor se-dunia dan masyarakat adat perwakilan dari berbagai belahan dunia, berkumpul dan berkongres untuk membahas agenda-agenda ke depan masyarakat adat dunia.
Negara-negara yang turut serta berpartisipasi yakni Amerika Serikat, Australia, New Zealand, Papua Nugini, Rusia, Filipina, Thailand, Kamboja, Siberia, Italia, Bangladesh, Nepal, India, Indonesia serta beberapa negara lainnya.
Kongres juga dihadiri perwakilan masyarakat adat anggota Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) seperti Kasepuhan Cisitu-Sukabumi, Kasepuhan Ciptagelar-Sukabumi, komunitas masyarakat adat Dayak Kalimantan, komunitas masyarakat adat Sulawesi, Sumatra dan Papua .
Kegiatan International Founders for Indigenous People (IFID) kali ini menunjuk AMAN dan SAMDHANA Institute sebagai organizing comitte atau panitia pelaksana. Kegiatan dilaksanakan dari tanggal 27-29 Maret 2011 diisi dengan rangkaian kegiatan kongres bersama di Desa Adat Pengotan Bali di tanggal 27-28 Maret dan kunjungan ke Pulau Lombok di tanggal 29 Maret 2011.
Kunjungan IFIP di Pulau Lombok ini dipusatkan di 2 wilayah adat anggota AMAN NTB, yakni Komunitas Adat Karang Bajo-Bayan Kabupaten Lombok Utara (KLU) dan Komunitas Adat Sabuk Belo Desa Lenek di Lombok Timur. Para peserta kongres IFIP ini pada saat kunjungan ke Lombok dibagi menjadi 2 kelompok, kunjungan ke Komunitas Adat Karang Bajo-Bayan dilakukan oleh sekitar 20 orang perwakilan negara Thailand, Nepal, New Zealand, Amerika Serikat, Australia, Papua Nugini dipandu oleh Sekjen AMAN Abdon Nababan dan Pengurus Besar AMAN Jakarta.
Saat tiba di Karang Bajo-Bayan, rombongan peserta IFIP tersebut disambut secara resmi oleh Kepala Desa Karang Bajo beserta komuntias adat setempat dengan menampilkan kesenian Cupak Gurantang dan perisaian. Selanjutnya tamu IFIP tersebut diarahkan ke Kampung Adat Karang Bajo untuk mendapatkan restu berupa sembek burak, kemudian ke Masjid Kuno Bayan dan mendapatkan penjelasan dari Kepala Desa Karang Bajo.
Setelah itu para peserta IFIP melihat suasana kampung dengan lumbung dan geleng yang ada sebagai tempat penyimpanan padi untuk kebutuhan komunitas. Lalu para tamu tersebut dijamu dengan makanan khas tradisional Sasak Bayan sambil berkumpul dan berdiskusi seputar situasi dan kondisi masyarakat Adat Karang Bajo.
Kedatangan para peserta IFIP ke Karang Bajo-Bayan khususnya, untuk mengetahui sistem kearifan tradisional masyarakat setempat serta kemampuan mereka dalam mempertahankan adat istiadat mereka, terutama dalam pengelolaan sumber daya alam sebagai perwujudan warisan para leluhur. Masyarakat setempat merasa terhormat dan tersanjung saat dikunjungi oleh saudara-saudara masyarakat adat dari negara-negara lain di dunia.
Para peserta IFIP kemudian menjelaskan tentang adat istiadat di negaranya yang juga mendapat rongrongan dan tereksploitasi sumber daya alamnya oleh kepentingan perusahaan dan pemerintah, mereka juga menyampaikan bagaimana mereka harus bisa beradaptasi dengan iklim yang saat ini sangat ekstrim dan memberikan dampak bagi keberlangsungan hidup mereka. Salah satu contoh dari negara Rusia di belahan Kutub Utara, mereka harus mampu bertahan hidup diatas hamparan es setebal 1 meter, namun masih mampu menjalankan petuah-petuah dari leluhur mereka untuk menjaga dan melestarikan adat istiadat serta mengelola sumber daya alam mereka secara lebih baik.
PD AMAN Paer Daya sebagai tuan rumah salah satu kunjungan peserta IFIP merasa mendapatkan kehormatan, karena momen seperti ini sangat jarang didapatkan apalagi harus mendatangkan para tamu dari negara-negara dibelahan dunia lain. Dan tentunya kunjungan ini sangat membantu Pemerintah Daerah KLU dalam rangka mempromosikan potensi pariwisata yang ada di Lombok Utara pada umumnya dan Bayan pada khususnya yang sudah ditetapkan menjadi kawasan strategis budaya NTB. (*/Husnul Munadi, Ketua BPH AMAN Paer Daya)
IndonesiaBicara-Lombok Utara, (01/04/11). Bertempat di Desa Adat Pengotan Kabupaten Bangli-Bali,
tepatnya di Bali Woso sebuah pelosok Desa Adat Pengotan, para lembaga donor se-dunia dan
masyarakat adat perwakilan dari berbagai belahan dunia, berkumpul dan berkongres untuk membahas
agenda-agenda ke depan masyarakat adat dunia.
Negara-negara yang turut serta berpartisipasi yakni Amerika Serikat, Australia, New Zealand,
Papua Nugini, Rusia, Filipina, Thailand, Kamboja, Siberia, Italia, Bangladesh, Nepal, India,
Indonesia serta beberapa negara lainnya.
Kongres juga dihadiri perwakilan masyarakat adat anggota Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)
seperti Kasepuhan Cisitu-Sukabumi, Kasepuhan Ciptagelar-Sukabumi, komunitas masyarakat adat Dayak
Kalimantan, komunitas masyarakat adat Sulawesi, Sumatra dan Papua .
Kegiatan International Founders for Indigenous People (IFID) kali ini menunjuk AMAN dan SAMDHANA
Institute sebagai organizing comitte atau panitia pelaksana. Kegiatan dilaksanakan dari tanggal
27-29 Maret 2011 diisi dengan rangkaian kegiatan kongres bersama di Desa Adat Pengotan Bali di
tanggal 27-28 Maret dan kunjungan ke Pulau Lombok di tanggal 29 Maret 2011.
Kunjungan IFIP di Pulau Lombok ini dipusatkan di 2 wilayah adat anggota AMAN NTB, yakni Komunitas
Adat Karang Bajo-Bayan Kabupaten Lombok Utara (KLU) dan Komunitas Adat Sabuk Belo Desa Lenek di
Lombok Timur. Para peserta kongres IFIP ini pada saat kunjungan ke Lombok dibagi menjadi 2
kelompok, kunjungan ke Komunitas Adat Karang Bajo-Bayan dilakukan oleh sekitar 20 orang
perwakilan negara Thailand, Nepal, New Zealand, Amerika Serikat, Australia, Papua Nugini dipandu
oleh Sekjen AMAN Abdon Nababan dan Pengurus Besar AMAN Jakarta.
Saat tiba di Karang Bajo-Bayan, rombongan peserta IFIP tersebut disambut secara resmi oleh Kepala
Desa Karang Bajo beserta komuntias adat setempat dengan menampilkan kesenian Cupak Gurantang dan
perisaian. Selanjutnya tamu IFIP tersebut diarahkan ke Kampung Adat Karang Bajo untuk mendapatkan
restu berupa Sembek burak oleh melokak adat setempat, kemudian ke Masjid Kuno Bayan dan
mendapatkan penjelasan dari Kepala Desa Karang Bajo.
Setelah itu para peserta IFIP melihat suasana kampung dengan lumbung dan geleng yang ada sebagai
tempat penyimpanan padi untuk kebutuhan komunitas. Lalu para tamu tersebut dijamu dengan makanan
khas tradisional Sasak Bayan sambil berkumpul dan berdiskusi seputar situasi dan kondisi
masyarakat Adat Karang Bajo.
Kedatangan para peserta IFIP ke Karang Bajo Bayan khususnya, untuk mengetahui sistem kearifan
tradisional masyarakat setempat serta kemampuan mereka dalam mempertahankan adat istiadat mereka,
terutama dalam pengelolaan sumber daya alam sebagai perwujudan warisan para leluhur. Masyarakat
setempat merasa terhormat dan tersanjung saat dikunjungi oleh saudara-saudara masyarakat adat
dari negara-negara lain di dunia.
Para peserta IFIP kemudian menjelaskan tentang adat istiadat di negaranya yang juga mendapat
rongrongan dan tereksploitasi sumber daya alamnya oleh kepentingan perusahaan dan pemerintah,
mereka juga menyampaikan bagaimana mereka harus bisa beradaptasi dengan iklim yang saat ini
sangat ekstrim dan memberikan dampak bagi keberlangsungan hidup mereka. Salah satu contoh dari
negara Rusia di belahan Kutub Utara, mereka harus mampu bertahan hidup diatas hamparan es setebal
1 meter, namun masih mampu menjalankan petuah-petuah dari leluhur mereka untuk menjaga dan
melestarikan adat istiadat serta mengelola sumber daya alam mereka secara lebih baik.
PD AMAN Paer Daya sebagai tuan rumah salah satu kunjungan peserta IFIP merasa mendapatkan
kehormatan, karena momen seperti ini sangat jarang didapatkan apalagi harus mendatangkan para
tamu dari negara-negara dibelahan dunia lain. Dan tentunya kunjungan ini sangat membantu
Pemerintah Daerah KLU dalam rangka mempromosikan potensi pariwisata yang ada di Lombok Utara pada
umumnya dan Bayan pada khususnya yang sudah ditetapkan menjadi kawasan strategis budaya NTB.
(Husnul Munadi, Ketua BPH AMAN Paer Daya)
Komentar