IndonesiaBicara.com-Tangerang Selatan, (30/03/12). Rencana kebijakan pemerintah yang ingin menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per 1 April 2012 mendatang masih hangat untuk didiskusikan. Seperti diskusi publik yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), sore ini (30/03) di Cafe Elfour, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Anggota Majelis Ekonomi Muhammadiyah Banten, Rifky Hermiansyah yang menjadi salahsatu pembicara dalam diskusi publik tersebut menjelaskan bahwa tidak bisa dihindari lagi jika kenaikan harga BBM pasti akan dapat berdampak pada kenaikan harga bahan pokok lainnya, ini merupakan hukum ekonomi yang saling berkaitan.
“Pemerintah menjanjikan dengan dikuranginya subsidi BBM maka akan diberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), namun ini hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan persoalan dan solusi bagi menurunnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM”, kata Rifky .
Tentunya, lanjut Rifky pemerintah tidak akan bisa menjamin jika harga BBM dinaikan maka harga bahan pokok tidak ikut naik. “Pemerintah sudah seharusnya mendengarkan aspirasi dari masyarakat luas tentang penolakan kenaikan harga BBM”, ucap Tokoh Pemuda Lintas Agama ini.
Sementara itu Sekjen DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Rudy Ismawan mengatakan efek dari kenaikan harga BBM ini menyebar keseluruh sektor kehidupan dan berdampak sistemik. Terlebih lagi yang paling terkena imbas adalah sektor ekonomi, sosial budaya, baik ekonomi makro maupun mikro yang sektoral.
“Sikap SBY tidak mencerminkan sebagai sosok pemimpin yang berpihak kepada rakyatnya. Saat ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah diseluruh Indonesia turun kejalan dengan pernyataan sikapnya yaitu tolak kenaikan harga BBM dan mendesak pemerintah untuk membatalkan kenaikan harga BBM”, tegas Rudy.
Dalam kesempatan yang sama Didi Rafidi yang mewakili Dinas Pendidikan Kota Tangsel mengapresiasi sikap mahasiswa yang turun kejalan untuk menyuarakan keluhan masyarakat dalam menolak kenaikan harga BBM.
“Sangat baik karena mahasiswa sebagai kontrol sosial masyarakat. Namun hendaknya aksi unjukrasa dilakukan secara damai dan tidak menganggu ketertiban umum maupun masyarakat luas. Jika memang subsidi BBM dialihakan menjadi program-program seperti BLSM, maka mahasiswa bisa mengawasinya, apakah benar langsung diterima masyarakat yang membutuhkan atau disalahgunakan pihak yang tidak bertanggungjawab”, jelas Didi. (rintho)
Komentar