IndonesiaBicara.com-Tangerang Selatan, (29/01/12). Usaha pemerintah meredam aksi terorisme dan radikalisme yang lebih dikenal dengan Deradikalisasi, mendapat sorotan dari organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesi (HTI). Hal ini terungkap dalam Halaqoh Islam Peradaban (HIP) yang digelar oleh HTI Tangerang Raya di Masjid Al Bayan Kampus Institut Teknologi Indonesia (ITI) Tangerang Selatan (Tangsel).
Kegiatan yang mengambil tema Kampanye Islam Moderat dan Deradikalisasi untuk Kepentingan siapa? Menghadirkan dua pembicara, yaitu perwakilan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HTI, Harist Abu Ulya dan Ulama Tangerang KH M Tamim.
Dalam materinya, Harist Abu Ulya menjelaskan bahwa deradikalisasi dibangun atas asumsi kemiskinan, pemerintahan otoriter, dominasi negara super power, marjinalisasi dan globalisasi yang melahirkan spirit perlawanan dengan tindakan-tindakan teror ketika jalan damai dianggap tidak memberi efek apapun.
“Maka ideologi radikal ditempatkan sebagai akar kesungguhan dari fenomena terorisme dalam kerangka pandangan seperti deradikalisasi dimanifestasikan. Pasca peristiwa WTC 9 September 2001, kemudian Amerika mengejar yang mereka sebut sebagai teroris. Terungkap bahwa ada dukungan dana jutaan dollar yang diberikan kepada pemerintahan Indonesia melalui Kepolisian dengan membentuk Densus 88 yang telah menyergap saudara-saudara kita yang diduga teroris secara serampangan”, kata Harits Abu Ulya.
Dirinya sangat menentang tindakan tersebut karena belum tentu orang yang ditahan saat ini yang ada di berbagai tahanan adalah teroris.
“Pemerintah justru membuat langkah deradikalisasi secara masif diimplementasikan dengan konsentrasi pada perubahan orientasi dan tafsiran keberagaman yang lebih meoderat, toleran dan liberal. Ini bukanlah solusi karena akan mengakibatkan polarisasi dalam kehidupan khususnya umat Islam,” jelasnya.
“Deradikalisasi cukup berbahaya bagi kita umat Islam karena ada potensi penyimpangan tafsiran-tafsiran yang menyesatkan. Walhasil kampanye Islam Moderat semakin masif bukan hanya dilakukan oleh barat melalui jaringan LSM dan lembaga lainnya yang mereka bentuk tetapi juga dilakukan pemerintah yang mendukung kepentingan barat”, kata Harits Abu Ulya.
Sementara itu KH M Tamim berpendapat bahwa umat Islam saat ini sedang terpojok dengan adanya terorisme yang menyudutkan umat Islam.
“Padahal belum tentu yang melakukan aksi teror adalah umat Islam. Kami berharap agar umat Islam jangan terpancing dengan isu-isu dari pemerintah yang menangkap para pelaku terorisme”, tandasnya. (rintho)
Komentar