IndonesiaBicara - Jurnalisme Independen Rakyat Indonesia

Eka Hospital Selenggarakan The 2nd Annual East Meets West Cardiology Symposium

 

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian utama di dunia. Hal ini diungkap oleh Ketua Komite Medis Eka Hospital BSD Serpong, Sukman T Purba. Dirinya menjelaskan Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada bulan April 2011, kematian yang disebabkan penyakit jantung koroner mencapai 243.048 kasus atau mencapai 17,05 persen dari total kematian di Indonesia.
“Bahkan, WHO memperkirakan pada tahun 2030, kemtian akibat penyakit jantung tertinggi di Asia tenggara. Jadi, perlu penanganan teknologi untuk masalah penyakit jantung ke depannya,” kata Sukman
Sementara itu, Pusat Unggulan Jantung dan Pembuluh Darah Eka Hospital Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten, membuat terobosan baru dalam penangan penyakit jantung yakni dengan  meluncurkan alat elektrofisiologi untuk pasien gangguan irama jantung.
“Jadi, bagi pasein yang sulit dianalisa dengan elektro Kardiografi (EKG) dan holter monitor dapat di deteksi dengan alat elektrofisiologi untuk mengetahui sebab dan lokasi tempat gangguan irama jantung,” kata Daniel Tanubi selaku ketua panitia the 2nd Annual East Meets West Cardiology
Symposium usai acara Symposium jantung di Hotel Ritz Charlton Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, gangguan irama jantung yang juga sebagai kelainan jantung memiliki resiko yang  berbahaya seperti pusing, mudah lemas, stroke dan kematian mendadak.
Adapun sistem kerja alat elektrofisiologi yakni di laboratorium katerisasai jantung dengan cara memasukan kateter ke dalam jantung melalui pembuluh darah di lipat paha.
Dengan bantuan X- Ray, dokter dapat mengarahkan kateter elektroda ke jalur konduksi dan bagian  dalam dinding jantung. Selanjutnya elektroda tersebut akan mengukur dan melakukan pemetaan aktivitasi listrik yang ada di dalam jantung.
“Melalui sistem tersebut, dokter dapat memberikan terapi yang tepat untuk mengobati irama jantung,” ujarnya.
Daniel menambahkan, irama jantung normal teratur yakni antara 60 – 100 x/menit. Irama jantung  tidak teratur dengan kecepatan di bawah 60 x/menit atau lebih dari 100 x/menit. “Lima dari pasien stroke, dia diantaranya mengalami gangguan irama jantung,” katanya.
Dalam kegiatan symposium jantung, hadir sejumlah pakar ahli kesehatan dari berbagai negara seperti Hongkong, Jepang, Amerik Serikat dan Indonesia selaku tuan rumah. Kegiatan symposium jantung dilaksanakan pada tanggal 15 – 16 Februari di The Ritz Carlton Jakarta dan tanggal 17 Februari di Eka Hospital BSD Serpong. (rintho) *Foto : Dokter Eka Hospital Sedang Memberikan Keterangan Pers*

Tinggalkan Balasan

 

 

 

Anda dapat menggunakan penanda HTML berikut

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

What is 11 + 10 ?
Please leave these two fields as-is:
PENTING! Untuk melanjutkan Anda harus menjawab pertanyan di atas.