IndonesiaBicara.Com – Mataram (28/10/2013) Berbagai elemen pemuda dan mahasiswa turun ke Jalan berdemonstrasi untuk memperingati hari sumpah pemuda yang jatuh setiap tanggal 28 Oktober. Demonstrasi mengenang hari Sumpah pemuda ke-85 ini terjadi di beberapa titik. Mulai dari tempat favorit simpang empat Bank Indonesia. Di Jalan Udayana depan kantor DPRD NTB. Di jalan pejanggik depan kantor gubernur NTB hingga di depan kantor dinas pendidikan, pemuda dan olahraga (Dikpora) NTB.
Demonstrasi pertama digelar gerakan mahasiswa dan pemuda Lombok. Organisasi mahasiswa dan kepemudaan ini dikomandoi Rahman. Mereka berorasi pertama di simpang empat BI, kemudian ke kantor DPRD NTB dan diakhiri di gerbang kantor gubernru NTB. Saat belasan massa gerakan mahasiswa dan pemuda Lombok berada di depan kantor gubernur. Aksi turun kejalan di gelar Ikatan Mahasiswa Muhammadiya (IMM) Mataram di simpang empat BI.
Massa IMM yang berjumlah 20-an orang kemudian melanjutkan aksinya ke depan kantor DPRD NTB. Hampir bersamaan, massa dari aliansi rakyat untuk pemebebasan (ARP) juga berorasi di depan kantor Dikpora NTB. Yang kemudian di susul satu jam kemudian oleh massa gabungan dari Front Mahasiswa Nasional (FMN). Para demonstran membawa berbagai poseter dan sepanduk. Yang menarik banyak karikatur bergambar Andi Malarange, Anas Urbaningrum yang digantung di monas mewarnai demonstran ini.
Para demonstran empat kelompok aksi ini hampir menyuarakan isu yang sama. Yakni isu sumpah pemuda, isu korupsi, ekonomi, penegakan hukum dan pendidikan. Mereka merasa pemuda saat ini sudah sangat melenceng dari cita-cita perjuangan pemuda masa lalu yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk negeri ini. ‘’Pemimpin sekarang juga muda-muda, namun sayang tidak seperti yang dulu. Sekarang masih banyak masyarakat hidup susah padahal kemampuan keuangan sangat tinggi,” kata Rahman korlap gerakan mahasiswa dan pemuda Lombok, Senin (28/10).
Iskandar, korlap massa IMM menilai, saat ini bangsa Indonesia dihadapkan dengan persoalan korupsi yang tak ada habisnya. Pemuda-pemuda yang seharusnya menjadi calon pemimpin yang nantinya diharapkan bersih malah terlibat. Ia mencontohkan seperti mantan meteri pemuda dan olahraga Andi Malarangen. Mantan ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan lainnya. ‘’Pemuda sekarang penghianat, mereka korupsi menjajah negerinya sendiri dan memakan hak masyarakat,” ujarnya.
Massa dari aliansi rakyat untuk pembebasan yang berunjuk rasa di Dikpora NTB lebih mengusuk masalah pendidikan. Mereka menyuarakan semakin tingginya biaya perkuliahan. Bukan itu saja, praktik jual beli kursi perkuliahan pun disebut terjadi di kampus. Kapitalisme dan neoliberalisma pendidikan telah terjadi. Namun Dikpora tidak memiliki taji untuk mengatasi masalah ini.
Sekertaris Dikpora NTB Drs Sukran yang menerima massa ARP mengatakan, Dikpora NTB tidak bisa menyentuh perguruan tinggi karena keterbatasan kewenangan. Namun, orasi yang disampaikanmahasiswa ini akan akan dijadikan bahan dalam rapat pimpinan daerah. “Kalau kami tidak bisa karena kami hanya sampai mengurus SMA. Ada aturan sendiri soal peruguruan tinggi. Nanti kami usahakan bicarakan di forum pimpinan daerah yang isinya rektor unran, Kapolda, Danrem, gubernur dan rektor-rektot lainnya,” katanya.
Massa ARP yang dikomadoi Nanda melanjutkan aksi ke depna kantor DPRD NTB. Mereka di sana hampir telibat bentrok dengan keamanan DPRD NTB lantaran tidak ada yang menerima mereka. Namun kericuhan dapat dipadamkan karena banyaknya anggota polisi yang menjaga jalannya aksi dari massa ARP yang berjumlah 30-an orang.(*)
Komentar