IndonesiBicara-Palangka Raya, 2 Oktober 2009. Menurut Gunawan Angkat (Koordinator Operasional Lapangan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Kalteng) pihaknya sulit mengatasi kebakaran lahan yang terjadi di Palangkaraya karena banyak warga yang terlambat memberikan informasi. Pada saat api mulai menjalar ke dekat pemukiman warga mereka baru memberi informasi, seharusnya warga melapor saat mengetahui ada api, sehingga pemadaman dapat dilakukan sedini mungkin.
Luas areal pemadaman kebakaran yang telah dilakukan tim Manggala Agni BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) maupun Pemda serta TSAK (tim serbu api kelurahan) sampai saat ini telah mencapai 2000 hektar. Namun masih banyak titik api yang tidak bisa ditangani akibat luasnya kebakaran yang terjadi, sementara jumlah personel dan perlengkapan terbatas. Saat ini pemadaman seharusnya dilakukan dengan menggunakan helikopter pembom air, karena banyak titik api yang berada di luar jangkauan alat pemadam dan sulit dilakukan melalui jalan darat, ujarnya.
Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya kini menjadi salah satu sumber penghasil asap karena luas areal lahan kosong yang terbakar di sekitar bandara telah mencapai 2 hektar. Meski kini api sudah padam, namun asap masih mengepul dari sisa bakaran serat lahan gambut yang masih terbakar, tambahnya.
Sementara itu Wawan Berlison (Kepala UPTD Pemadam Kebakaran Palangka Raya) mengatakan selama September 2009 terjadi 90 kebakaran lahan dan 2 kebakaran perumahan di Palangka Raya. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan kebakaran lahan yang terjadi pada periode Juli – Agustus 2009 yaitu sebanyak 56 kebakaran lahan dan 7 kebakaran perumahan. Peningkatan jumlah kebakaran tersebut selain karena memang udara yang semakin panas, juga dipicu oleh kelalaian manusia. Dalam keadaan yang kering seperti ini, puntung rokok pun akan dapat memicu kebakaran besar apabila tidak segera ditangani. Apalagi, tampaknya ada pihak-pihak yang sengaja melakukan pembakaran untuk mempermudah pembukaan lahan, misalnya untuk membersihkan areal proyek pembangunan, atau perkebunan dan pertanian.
Pihak pemadam kebakaran Palangka Raya sampai saat ini masih terus berupaya semaksimal mungkin untuk membantu memadamkan kebakaran lahan walau sebenarnya hal tersebut merupakan kewajiban tim Manggala Agni. Untuk lokasi-lokasi yang sulit dijangkau, tim UPTD pemadam kebakaran Palangka Raya tidak memiliki peralatan yang sesuai karena selang yang dimiliki tidak dapat secara efektif menjangkau areal yang lebih jauh dari 100 meter dari bahu jalan, selain itu bentuk nozzle selang air kurang sesuai untuk menyemprot ke lapisan lahan gambut. Berbagai nomer telepon alternatif milik tim Manggala Agni sudah sering disosialisasikan kepada masyarakat, namun banyak warga yang kembali menghubungi tim pemadam kebakaran karena nomer tersebut sering tidak aktif di malam hari, tuntasnya.
Wawan berharap adanya realisasi atas permintaan bantuan helikopter pembom air, hal tersebut akan sangat membantu menjangkau areal–areal yang jauh dari badan jalan. Perlu disadari bahwa kekuatan tim pemadam yang sekarang tidak mungkin dapat mengatasi berbagai kebakaran yang terjadi di wilayah seluas Palangka Raya. Jadi, prioritas tim pemadam kebakaran tetap pada tempat-tempat umum seperti jalan raya, sekolah, puskesmas, dan sebagainya. Pemadaman lahan di berbagai tempat terkadang harus dihentikan untuk segera memadamkan kebakaran di wilayah perumahan atau sarana publik lainnya. (IF)
Komentar