IndonesiaBicara.com-Pekanbaru, (20/10/11). Tujuh tahun SBY memimpin negeri ini diwarnai dengan berbagai unjuk rasa, salah satunya yang terjadi hari ini (20/10) di depan patung ikan Selais, Jl Sudirman Pekanbaru. Dua kelompok mahasiswa yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Pekanbaru yang terdiri dari BEM Universitas Riau (UNRI), Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA) dan Universitas Islam Riau (UIR), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Pekanbaru mengadakan aksi unjuk rasa bersamaan menuntut SBY turun dari jabatannya.
Koordinator lapangan dari BEM se-Pekanbaru Abdul Hafidz mengatakan bahwa indikator harus mundurnya SBY adalah kasus Bank Century yang tidak tuntas, mafia hukum tumbuh subur, korupsi yang merajalela, hutan semakin hancur, hilangnya keadilan (HAM), SDA (tambang dan perbankan dikuasai asing serta liberalisasi pendidikan.
“Janji-janji politik, program bahkan visi-misi yang disampaikan SBY-Boediono saat kampanye ternyata hanya angan-angan tanpa ada perwujudan yang jelas. Kondisi ekonomi nasional tumbuh sedang-sedang saja rata-rata lebih kurang 6%, pemerintah tidak mampu ciptakan lapangan pekerjaan, sehingga kesejahteraan rakyat semakin terpuruk,” ujarnya.
Dalam aksi tersebut BEM se-Pekanbaru menyatakan sikap yaitu meminta SBY mundur dengan hormat daripada menambah masalah bangsa. Karena SBY gagal mewujudkan kesejahteraan umum, SBY gagal memberikan perlindungan bagi segenap tumpah darah Indonesia.
Presiden Mahasiswa UNRI juga mengatakan bahwa SBY gagal mewujudkan pendidikan yang terjangkau, berkualitas dan merata demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan SBY gagal mewujudkan penegakkan hukum dan pemberantasan kosupsi.
“SBY gagal menjaga hutan Indonesia dan SBY gagal menasionalisasi aset strategis bangsa,” ujarnya.
Dalam aksi tersebut, BEM Pekanbaru membawa empat orang yang dicat hitam sebagai simbol terpuruknya kondisi bangsa. BEM Pekanbaru juga melakukan aksi teatrikal dengan satu pengunjuk rasa memakai karton bertuliskan “kapitalisme” menyeret dua pengunjuk rasa yang masing-masing bertopeng SBY dan Boediono.
Eko Fambudi (Presiden Mahasiswa UIR) dalam orasinya mengatakan bahwa sumber daya alam Indonesia melimpah namun digerogoti asing. Eko meminta SBY mundur bila tidak bisa memperbaiki keadaan ini.
Sementara itu ditempat yang sama, berlangsung juga aksi unjuk rasa dari GMNI Pekanbaru menuntut dicabutnya mandat SBY-Boediono. Kelompok ini menuntut perbaikan tata kelola pemerintahan, reformasi birokrasi, pengawasan KKN serta peningkatan kemampuan pejabat.
“Namun fakta yang terjadi hari ini berapa Kementerian yang di pimpin oleh menteri-menteri dalam kabinet SBY-Boediono justru terindikasi terlibat KKN yang belakangan momentum tersebut digunakan SBY untuk melakukan reshuffle kabinet. Reshuffle mengindikasikan lemahnya kinerja Kementerian yang dipimpin SBY-Boediono sebagaimana hal senada juga disampaikan oleh para Staf Khusus Presiden,” ujar Royan Suyasepta sebagai koordinator aksi.
Menurut pria yang juga menjabat Sekretaris GMNI Pekanbaru ini, SBY-Boediono dituntut untuk menuntaskan persoalan tapal batas yang belum juga usai. Kasus-kasus terror dan bom harus segera diselesaikan. Pemerintah tidak boleh lagi menutup satu kasus dengan mencuatkan kasus lainnya.
“Jangan sampai ada liberalisasi pangan, jangan lagi ada impor pangan, karena Indonesia cukup kaya dengan sumber daya alam,” tegasnya.
Di bidang penegakkan kukum, dua tahun pemerintahan SBY-Boediono berjalan menyiratkan kegagalan pemerintahan dalam menyelesaikan persoalan penegakan hukum dan pemberantasan korupsi Bank Century.
“Rekening gendut pejabat Polri yang tak berujung, mafia perpajakan, tebang pilih penyelesaian kasus hukum serta di babak akhir menjelang dua tahun SBY-Boediono kembali mencuat kasus korupsi yang dilakukan oleh Nazarudin yang nota bene adalah Bendahara Umum Partai Demokrat sekaligus Anggota DPR-RI yang melibatkan beberapa Menteri dalam Kabinet SBY-Boediono dan mafia Pemilu 2009 semakin mempertegas kegagalan pemerintahan,” tutupnya. (MM)
Komentar