indonesiaBicara.com – Jakarta (10/8) Kehadiran PT. Freeport Indonesia (PT. FI) di tanah Papua konflik tidak pernah berhenti, bahkan cenderung eskalasi konflik meningkat. Terakhir terjadi penembakan terhadap karyawan PT. FI yang mengakibatkan jatuhnya korban 1 orang , meninggal, Drew Nicholas Grant (38), warga negara Australia dan tiga orang luka-luka. Perisitiwa tersebut menimbulkan keprihatinan dari Arkilaus Arnesius Baho (Ketua Umum DPP Liga Perjuangan Nasional Rakyat Papua Barat/LPNR PB).
LPNR PB akan membawa kasus Freeport ke Mahkamah Konsitusi, seperti yang dikatakan oleh Arkilius “DPP LPNR PB akan menuntut agar operasi PT.Freeport Indonesia (PT.FI) ditutup dengan melakukan langkah hukum yaitu melakukan judisial riv\iew ke Mahkamah Konstitusi”.
Demikian yang disampaikan oleh Arkilaus Arnesius Baho (Ketua Umum DPP Liga Perjuangan Nasional Rakyat Papua Barat/LPNR PB) di Jakarta, Minggu (9/8/2009)
“Kehadiran PT.FI banyak menimbulkan masalah demi masalah di Tanah Papua, oleh karena itu jika masalah yang terjadi di Tanah Papua akan diselesaikan, maka tidak ada kata lain selain melakukan penutupan terhadap PT.Freeport Indonesia, dan hal ini yang kami tuntu”, lanjut Arkilaus.
DPP LPNR PB menuntut agar suplai militer dikurangi, seperti yang dikatakan oleh Arkilius “ Selain menuntut penutupan PT.FI, kami juga menuntut agar suplai militer di Papua dikurangi, sebab dengan adanya militer di Tanah Papua memicu gesekan-gesekan antar masyarakat Papua”
Ia juga mensinyalir kehadiran PT.FI di Papua illegal sehingga pengaturan hukum seperti pelanggaran HAM maupun kasus kerusakan lingkungan tidak mampu menyentuh keberadaan PT.FI di Papua
“Masalah PT.FI sebenarnya bukan masalah masyarakat Papua saja, tetapi merupakan masalah bangsa Indonesia, sehingga setiap aksi dan pergerakan yang selama ini dilakukan oleh rakyat Papua merupakan murni untuk kepentingan masyarakat Papua bukan ada yang menunggangi atau kepentingan lain dibelakangnya, sebab selama ini PT.FI menjadi incaran dalam hal pendanaan untuk kepentingan baik Birokrasi maupun militer”, pungkas Arkilaus. (pri)
Komentar