IndonesiaBicara - Jurnalisme Independen Rakyat Indonesia

AMPAS Mengajak Masyarakat Sultra Untuk Mengawasi Program Kesehatan Pemerintah

IndonesiaBicara-Kendari, (23/10/10). Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pemerhati Kesehatan Sulawesi Tenggara (AMPAS-SULTRA) melakukan aksinya di Bundaran Pasar Baru Kota Kendari terkait pelayanan kesehatan yang ada di Propinsi Sultra, Jumat (22/10/10). Menurut salah seorang aktivis AMPAS-SULTRA, Sarman, orang miskin dilarang sakit. Tidak ada yang meragukan lagi bahwa kesehatan bukanlah barang murah yang dapat dibeli dan dinikmati oleh seluruh rakyat

”Bagi rakyat kecil, disaat sehat harus berhadapan dengan mahalnya harga-harga pokok, pendidikan, sewa rumah, bayar listrik, dll. Kemudian dikala tidak sehat, harus berhadapan dengan harga obat yang mahal, ongkos rumah sakit yang tidak sedikit, dan bisa-bisa malah jadi korban malpraktek dokter karena orang miskin ditangani secara sembarangan. Sembuh tidak sembuh jika orang miskin jatuh sakit yang tersisa hanyalah kebangkrutan. Urusan penyakit dan penanganannya sudah seperti lingkaran setan bagi kaum miskin,” teriak Sarman dihadapan para demonstran lainnya.

Kemiskinan menjadikan mereka begitu dekat dengan sumber penyakit. Namun dewasa ini penyakit tidak melulu karena perilaku yang jorok, namun ledakan industri makanan misalnya ikut menceburkan masyarakat kedalam kubangan penyakit berbahaya, serta politik kesehatan ala pemerintahan SBY–Boediono yang gagal. Pemerintah selalu berkelit dengan keterbatasan anggaran ketika didesak untuk meningkatkan pelayanan masyarakat. Karena dana check up pula pemerintah belum berhasil membuat rakyat pintar, sehingga mereka bisa menghindari penyakit dan rumah sakit tapi kita tidak percaya begitu saja.

“Coba Anda bayangkan andai pemerintah SBY–Boediono mau menggunakan cicilan hutang luar negeri, hasil keuntungan industri pertambangan dan harta koruptor untuk membiayai pembangunan dalam bidang kesehatan, berapa juta rakyat yang bisa diselamatkan dari aneka macam bahaya penyakit dan kekurangan gizi,” ungkap Sarman.

“Kita sudah muak mendengar berita di media tanah air yang membiarkan seoarang ibu nekat kabur dari rumah sakit setelah melahirkan karena tidak memiliki biaya, seorang pria nekat menjadi pencopet karena terpaksa tidak punya uang untuk membiayai istrinya di rumah sakit. Tidak mampu mengobati tumor anak seorang ibu terpaksa menjadi pengemis di pinggir jalan untuk mengumpulkan uang dan lain sebagainya,” tambahnya.

Sama halnya dengan pelayanan kesehatan gratis di daerah, khususnya Sulawesi Tenggara program BAHTERAMAS yang notabene merupakan program kerakyatan, tetapi program tersebut tidak menyentuh penderitaan rakyat. Contoh kasus seorang mahasiswa masuh Rumah Sakit Prayoga Kendari dan diterlantarkan karena persoalan biaya sebesar Rp 650.000 sehingga nyawanya tidak tertolong.

“Hal ini menandakan bahwa program pemerintah tentang kesehatan gratis adalah program siluman, tegas Sarman.

Adapun beberapa pernyataan yang disampaikan oleh AMPAS-SULTRA dihadapan masyarakat Sultra, ialah mengajak seluruh masyarakat Sultra untuk bersama AMPAS-SULTRA untuk mengawal jalannya program BAHTERAMAS di bidang kesehatan, sehingga program tersebut berjalan efektif. (fk)

Tinggalkan Balasan

 

 

 

Anda dapat menggunakan penanda HTML berikut

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

What is 12 + 5 ?
Please leave these two fields as-is:
PENTING! Untuk melanjutkan Anda harus menjawab pertanyan di atas.